Memang benar, semua itu disebutkan dengan mematuhi protokol kesehatan. Namun, kita bisa jujur bertanya dan menjawab sendiri dalam hati kita.
Mungkinkah semua aturan protokol itu akan dijalankan sepenuhnya bila yang menjadi pengawas utamanya adalah diri kita sendiri, dengan segala harapan dan kecemasan yang saling berlomba menguasai hati, pikiran dan perasaan kita?
Rasa sungkan, takut dianggap berlebihan, keyakinan diri yang keterlaluan, pun kecemasan yang berlebihan, sering kali menjadi pemicu kita mengabaikan aturan itu. Tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tidak menghindari kerumunan, tidak rajin mencuci tangan, hanya sederet aturan perilaku yang dilanggar yang tampak tersamar atau bahkan yang dipertontonkan terang-terangan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Tulisan sebagai lead di awal artikel ini, adalah sebuah pesan kecil dengan nilai dan manfaat yang besar (menurut saya pribadi) dan aktual di masa-masa penuh tantangan seperti saat ini. Banyak masalah dan tantangan tentu saja tidak lantas membuat kita pasrah, menyerah dan bersikap masa bodoh.
Ya, itu adalah pesan dari Theresia Martin yang telah menjadi seorang santa, bernama Santa Theresia si Bunga Kecil, atau Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Theresia Martin dilahirkan di kota Alencon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Hanya sembilan tahun lamanya menjadi biarawati, ia meninggal pada 30 September 1897, akibat TBC ketika usianya masih duapuluh empat tahun.
Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal ia mengatakan, "Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia."
Dalam hidupnya yang singkat dan sederhana, Theresia bukanlah seseorang yang hidupnya dihiasi dan dipenuhi hal-hal yang istimewa. Namun, satu yang menjadi keistimewaan dan rahasia dalam dirinya, tidak lain adalah cinta. Ia selalu berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun hal itu bukan sesuatu yang selalu mudah.
Pesan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus itu jelas bahwa kita tidak harus melakukan hal-hal yang besar untuk menunjukkan cinta kita. Cinta itu bisa kepada diri kita sendiri, kepada pasangan, orang tua, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara, atau bahkan kepada dunia ini dan segala isinya.
Di saat seisi dunia tidak mungkin diubah dan berubah membaik tanpa adanya kesadaran global yang tampak melalui kesadaran negara-negara yang mau untuk berubah bersama, tanpa kesadaran bersama masyarakat untuk mengambil sikap positif bersama, maka apa yang bisa kita lakukan adalah melakukan hal-hal yang kecil dengan cinta kita yang besar itu.
Untuk bisa bersama bukan berarti kita semua harus sama, baik dalam pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan. Namun, sesuatu yang dilakukan dengan cinta, rasanya tidak akan melahirkan hal-hal yang merugikan kepentingan bersama.