Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bohemian Rhapsody, Mencari Kebaikan di Antara Berbagai Keburukan?

18 Maret 2019   02:22 Diperbarui: 18 Maret 2019   03:26 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah sebuah ungkapan dari Freddie Mercury: "What if I have not enough time?"  dalam film berjudul Bohemian Rhapsody. Ya, bagaimana kalau aku tidak punya waktu yang cukup?

Bukankah tiga jam kesempatan untuk bisa menonton beberapa pilihan judul film yang kita bebas memilihnya di atas sebuah pesawat terbang, walaupun masih akan ada tas-tas di dalam bagasi yang harus digendong, ditarik setelahnya, ada bus pemandu antar moda  yang harus ditumpangi untuk bisa sampai ke rumah.

Melalui jalan raya yang mana banyak pengemudi ugal-ugalan berkendara di atasnya, tetap adalah merupakan waktu yang lebih dari cukup untuk menemukan walau sedikit saja kebaikan di antara berbagai hal kurang baik yang melingkupinya? Barangkali, seperti gambaran sederhana itulah pesan moral yang saya dapatkan dari Bohemian Rhapsody.

Bohemian Rhapsody adalah sebuah film yang baru dirilis pada tahun 2018, sehingga mungkin sudah banyak sekali review yang masih segar telah dituliskan atas film ini. 

Tapi, sebuah interpretasi yang dilakukan di atas ketinggian dengan beberapa kali pengumuman dari awak kabin tentang cuaca yang kurang baik selama penerbangan, ditambah keterbatasan pemahaman dan kosa kata dalam bahasa Inggris, mungkin akan menyebabkan interpretasi yang lain atas film ini dibandingkan dengan ulasan dalam artikel lainnya.

Bohemian Rhapsody merupakan film yang disutradarai oleh Bryan Singer, dibintangi diantaranya oleh Rami Malek, Lucy Boynton, dan Gwilyn Lee. Film ini dibuat untuk mengenang kebesaran sebuah grup band dari Inggris, Queen, lagu-lagu mereka dan vokalis utama mereka, Freddie Mercury, yang dipandang sebagai salah satu entertainer yang paling dicintai, yang pernah ada.

Dua hal yang paling utama menurut saya, yang cukup mewakili berbagai kekurangan untuk bisa dinilai sebagai "manusia normal" yang ada pada diri Freddie, yakni orientasi seksualnya dan penyakit AIDS yang akhirnya mengakhiri hidupnya.

Pada bagian awal film, diceritakan bagaimana Freddie yang merupakan seorang anak yang lahir dari keluarga migran India yang berdiaspora ke Inggris. Orang tuanya penganut Zoroaster yang taat. 

Ayahnya mempunyai semacam standar etika pribadi yang jelas dan tegas, tergambar dalam serangkaian slogan yang sering diucapkannya berulang-ulang di depan wajah Freddie setiap kali ia menemukan Freddie sebagai anak bengal dan tidak memenuhi standar yang diharapkannya, yakni "pikiran baik, kata-kata baik, dan perbuatan baik."

Pada sebuah malam, Freddie menonton penampilan sebuah band di caf kecil. Selesai pertunjukan, saat akan menemui para personil band yang tampil, Freddie bertemu pandang dengan Marry Austin, yang tampak cantik dan mengenakan mantel berbulu desain Biba. Kelak Marry ini yang memberi pengaruh besar kepada Freddie dalam menciptakan dan mengaransemen lagu Love of My Life yang meneduhkan sekaligus sangat menyanyat hati itu.

Freddie mencari band yang telah selesai tampil itu dengan niat menawarkan lagunya untuk dimainkan oleh band. Bukannya mengapresiasi naskah lagu yang disodorkan Freddie, ketiga personil band yang baru saja kehilangan vokalis mereka, malah menyindir dengan mengatakan "Kami tidak akan menerimamu, tidak dengan bentuk gigi seperti itu." Gigi Freddie memang terlihat seperti tonggos, gigi serinya besar-besar dan tampak menonjol ke depan.

Respons Freddie atas sindiran bagi giginya merupakan pelajaran pertama dalam film ini, dan merupakan sudut pandang yang mendasari judul artikel ini. Kata Freddie, "Aku mendapat tambahan 4 gigi seri depan, sehingga ruang mulutku menjadi lebih besar, karena itu suarakupun menjadi lebih besar." 

Memang, potongan lagu pada naskah yang tidak digubris itu dinyanyikan Freddie dengan sura besarnya, membuat ketiganya terkesima. Sambil pergi berlalu, Freddie mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan apabila diminta untuk menggantikan vokalis yang mengundurkan diri itu. Suara besar Freddie membungkam sindiran dan sikap meremehkan atas "ketidaknormalan" pada wajahnya.

Pada perjalanan cerita selanjutnya, Freddie memang menjadi vokalis grup band ini, yang kemudian mengganti nama bandnya menjadi Queen. Mereka membuat sebuah album lagu dengan salah satu judul lagunya Bohemian Rhapsody dan menawarkannya kepada Ray Foster, orang besar di industri musik, yang juga membesarkan Jimi Hendrix.

Bohemian Rhapsody adalah sebuah lagu masterpiece menurut Freddie yang merupakan bagian dari album a Night at the Opera. Album ini berisi lagu-lagu yang merupakan puisi epik, memuat 6 genre musik dan rata-rata berdurasi 6 menit. Tapi sebaliknya, Ray Foster menganggap ini akan gagal di industri musik. 

Menurutnya, albumnya terlalu campur aduk, durasi lagu terlalu lama sehingga tidak akan ada radio yang mau memutarnya, karena standar durasi lagu untuk diputar di radio adalah 3 menit, dan terutama karena tidak akan ada orang yang mau membuang-buang waktunya untuk mendengarkan syair lagu-lagu dengan kata-kata yang tidak masuk akal. Ray menolak proposal Queen.

Namun, kenyataan berkata lain dengan pandangan Ray Foster. Setelah beberapa kali penampilan Queen di hadapan publik, kesimpulannya menjadi "Ray Foster boleh punya nama besar dalam industri musik, tetapi soal nama, Queenlah yang dikenal publik." Sebuah stasiun radio bernama Capital Radio, adalah yang pertama memutar lagu-lagu Queen di radio.

Ketenaran dan kemewahanpun segera menghampiri dan melekat pada Queen. Persoalan klasik ini meskipun telah klise, tapi selalu seperti hal yang tidak disadari bahkan akan berujung tragis. 

Kedua hal itupun turut membawa serta hawa nafsu dan godaan serta segala keburukan lain yang menjadi sekutunya. Sebut saja misalnya ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan narkotika, minuman keras, seks bebas, dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu menuntut dipuaskan, sekalipun untuk itu ia harus menjadi licik, kejam, menipu dan kehilangan kewarasan.

Tak jarang hal-hal di atas menyebabkan seseorang lebih memilih sesuatu yang tidak berharga untuk ditukarkan dengan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya, entah itu karir, keluarga, kekasih, bahkan dirinya sendiri. 

Begitupun dengan Freddie, ketenaran dan kemewahan mendekatkannya dengan Paul yang homoseksual, sebaliknya menjauhkannya dengan Marry yang dia sebut sebagai Love of My Life-nya. Bahkan, Freddie termakan bujuk rayu Paul untuk berkarir solo dan keluar dari Queen, karena ia mendapatkan tawaran senilai US $ 4 juta dari CBS Record untuk ber-solo karir.

Freddie pun mulai jauh dari Queen, yang awalnya dia anggap sebagai keluarganya, jauh dari Marry yang sangat terpukul sejak mengetahui kelainan orientasi seksualnya sebagai penghambat hubungannya, jauh dari jangkauan Jim, manajernya yang sebenarnya berupaya mengontaknya untuk hadir bersama Queen dalam sebuah konsep bertajuk Live Aid, Feed The World. Itu adalah sebuah konser amal untuk menggalang donasi mengatasi kelaparan di Ethiopia. Namun, hawa nafsu dan godaan membuat Paul semakin licik menjauhkan Freddie dari jangkauan orang-orang yang mengasihinya.

Hingga pada suatu malam, Marry mendatangi Freddie ke rumahnya, karena merasa khawatir dengan mimpi buruknya, dimana ia bermimpi kalau Freddie kehilangan suaranya. Freddie menjadi sentimentil, ditambah oleh kedatangan Paul bersama dengan beberapa kekasih gay-nya di saat Marry yang juga sangat dirindukannya ada di sana. 

Marry geram melihat keditakberdayaan Freddie mengendalikan dirinya sendiri, kenapa Freddie bisa sampai tidak tahu tentang konser Live Aid, hingga puncaknya ia pergi dan mengatakan bahwa ia tidak bisa tinggal menemani Freddie, karena ia tengah hamil, dan ia memiliki seorang kekasih, bernama David.

Freddie tersadar, tapi semua telah sangat terlambat. Satu-satunya yang tersisa baginya hanyalah Paul yang licik. Ia akhirnya mengusir Paul. Mungkinkah kembali ke Queen? dan meminta maaf, karena dulu baginya Queen adalah keluarga. Dalam keluarga selalu saja ada pertengkaran, tapi kenyataannya mereka tetap saling membutuhkan, pikirnya.

Ia akhirnya mendatangi Jim manajernya dan meminta untuk dipertemukan dengan Queen. Akhirnya Brian, Deacon, dan Roger memang mau datang menemuinya di kantor Jim. Ia meminta maaf dan bersedia memenuhi syarat-syarat apapun yang diajukan teman-temannya itu, apapun asalkan dia bisa diterima kembali di dalam Queen.

Mereka meminta Jim untuk kembali diusahakan untuk mendapatkan kesempatan tampil di konser Live Aid. Konser ini sendiri adalah sebuah pertunjukan musik terbesar yang akan digelar di stadion Wembley dengan penonton sebanyak 100 juta orang dan disiarkan di lebih dari 150 negara di dunia.

Dalam sebuah sesi latihan persiapan sebelum konser, Freddie membuat pengakuan kepada teman-temannya bahwa ia mengidap HIV/AIDS, dan mungkin umurnya tidak akan lama lagi. Namun, ia meminta teman-temannya untuk tidak mengasihani dirinya. Ia akan memakai kesempatan hari-hari terakhirnya sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik yang dibutuhkan oleh para penggemar mereka dari dirinya.

Ia juga datang membuat pengakuan ke keluarganya, sambil membawa serta Jim Hutton bersama dengannya. Kepada keluarganya ia menyebut Jim sebagai "temannya." Kepada Freddie, Jim pernah berkata bahwa ia boleh datang kembali menemuinya setelah Freddie "menyukai" keberadaan dirinya sendiri. Jim adalah seorang homoseksual yang "baik."

Setelah mendengar pengakuan Freddie tentang semua hal dan harapan-harapannya di tengah deraan AIDS yang diidapnya, bahwa umurnya mungkin tidak akan lama lagi, bahkan ayahnya yang seorang penganut Zoroaster yang keraspun menjadi luluh. Ia datang menghampiri dan memeluk anaknya, tetap dengan ucapannya "pikiran baik, kata-kata baik dan perbuatan baik," tapi kali ini dengan tatapan belas kasihan dan air mata di pelupuk matanya. 

Ia melepas anaknya untuk memberikan penampilan terbaiknya pada konser yang akan disaksikannya bersama si bungsu adik Freddie dan istrinya lewat layar televisi. Kepada ibunya, Freddie berjanji akan meniupkan sebuah ciuman dari Wembley, yang dibalas ibunya dengan senyuman lemah tapi penuh kasih. Seluruh anggota keluarga menerima Freddie apa adanya.

Tanggal 13 Juli 1985 merupakan Day of Live Aid, hari konser yang dinantikan oleh Freddie bersama Queen. Sesuai janjinya kepada ketiga temannya di Queen, ia tampil hingga "melubangi langit," mempesona sekaligus menghentak di hadapan ratusan ribu penonton di Stadion Wembley. Dari konser mereka, terkumpul donasi untuk kelaparan di Ethiopia sejumlah US $ 1.065.077.

Pada tanggal 24 November 1991, Freddie Mercury meninggal dunia dalam usia 45 tahun karena HIV/AIDS. Jenazahnya dikremasi sesuai kepercayaan Zoroastrisme di keluarganya. Freddie dan Marry Austin tetap berteman sepanjang umurnya. Pada tahun 1992, Queen bersama dengan Jim mendirikan The Mercury Phoenix Trust, untuk menghormati Freddie dan sebagai bagian upaya untuk memerangi AIDS di seluruh dunia.

Begitulah banyak kenyataan di dalam kehidupan ini. Bahwa manusia memandang sesuatu sebagai normal dan yang lain sebagai aib yang memalukan. Namun, begitu emosi kemanusiaannya tersentuh, tidak menjadi masalah apakah hal yang disukainya adalah aib yang memalukan bagi yang lain, segala penilaian menjadi tidak penting. Bahkan dalam berbagai keburukan pun ia tetap hanya akan melihat sisi baik dari hal-hal yang dia sukai, dan sebaliknya.

Barangkali ini bisa terjadi karena manusia-manusia yang menilai dirinya sendiri normalpun, sebenarnya menyembunyikan banyak rahasia yang memalukan dalam dirinya. Hanya karena ia tidak berani mengakuinya, maka begitu ada seseorang yang tampil jujur apa adanya justru karena menyadari bahwa mungkin tidak akan ada lagi cukup waktu bagi dirinya, maka manusia lain akan menemukan momentumnya untuk mengelu-elukan sebagai pahlawan bagi mereka yang menyukainya, sebaliknya momentum untuk mencaci maki sebagai sesuatu yang sangat buruk bagi mereka yang tidak menyukainya. 

Manusia menemukan berbagai kebaikan bagi dirinya sendiri yang tampak kuat tapi rapuh di balik keburukan orang-orang yang tampak rapuh tapi sebenarnya jauh lebih kuat.

Sebagaimana makna Bohemian Rhapsody dalam kamus, manusia barangkali punya kecenderungan menjadi orang yang hidup bebas seperti kebanyakan seniman, yang hidupnya mengembara, tidak teratur serta tidak memikirkan masa depannya. 

Namun, tidak semuanya berani mengungkapkan jati dirinya dalam kegembiraan, karena merayakan kelemahan diri bukan formula yang lazim bagi manusia yang hanya memiliki sedikit waktu untuk hidup dalam berbagai formula yang sudah mapan.

 "Mungkin begitulah manusia, mereka membutuhkan penenang sesekali dalam hidupnya."---Freddie Mercury---    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun