Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Topi yang Robek Itu Masih Kuingat, Tapi Tak Lagi Kurindukan

24 Januari 2019   13:30 Diperbarui: 24 Januari 2019   14:59 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana kalau kita pulang saja, tadi aku berbohong kepada ibu, aku bilang kalau aku sakit" kataku.
"Hahaha, ibu sendiri kamu bohongi. Bagaimana aku bisa yakin kalau saat ini kau tidak membohongiku" katanya.
"Aku baru sekali ini berbohong" kataku.
"Ayolah, kita pulang kalau begitu."
"Jack, jangan lupakan aku, setelah tamat SMP kita mungkin akan bertemu lagi atau bisa juga tidak" katanya.
"Kenapa aku harus melupakanmu?"
"Ya, kita tidak tahu, tapi aku senang kamu mau menjadi temanku, Jack."

Kami bergegas kembali pulang.

Dia pulang naik angkutan umum, aku kembali ke rumah. Di rumah, bapak, ibu dan adik-adikku sudah kembali dari gereja dan sedang duduk di meja makan, rupanya mereka akan segera berdoa. Jam sudah menunjukkan pukul 12:30 wib.

"Kamu dari mana? Katanya kurang enak badan?" tanya ibuku.
"Aku tadi pergi berobat" kataku, segera menarik kursi yang kosong dan ikut duduk mengitari meja makan.  

Kami berdoa, doa sebelum makan siang. Aku menambahkan dalam doaku permohonan ampun, karena telah membohongi ibuku dan untuk tidak pergi beribadah. Sesuatu yang tidak pernah kulakukan sebelumnya, hanya karena aku jatuh cinta kepada seseorang. Jatuh cinta kepada seseorang yang akan segera pergi melanjutkan pendidikannya.

Begitulah, setelah tahun-tahun berlalu setamat SMP aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Pernah aku menghubunginya lewat telefon asramanya, saat itu tidak lama setelah gempa melanda Jogja. Aku menanyakan kabarnya, dan ia baik-baik saja. Ia mengatakan kalau ia menikmati suasana pelajaran di sekolahnya. Setelah itu, kami tidak saling mengetahui keberadaan masing-masing lagi.

Terakhir aku menelfon ke asramanya, kata pengurus asrama yang berbicara di telefon, dia sudah keluar dari asrama. Aku tidak menanyakan karena apa dan kemana dia pindah. Aku hanya teringat kalau ia pernah mengatakan bahwa ia sebenarnya lebih suka berada di sekolah umum. Mungkin ia sudah menemukan apa yang dia cari dan memutuskan untuk memilih melakukan apa yang dia sukai. Mungkin tidak ada yang tersisa dari diriku yang ada padanya, selain topi lusuh yang sudah robek di sebelah sisinya, yang sampai hari ini tidak pernah dikembalikannya.

Aku hanya perlu melanjutkan hidupku, tokh aku masih saja menemukan keanehan-keanehan lain dalam hidup yang kujalani. Kalau bukan aku yang aneh, kurasa memang dunia ini adalah tempat dengan banyak sekali keanehan. Aku masih mengingatnya, tapi tidak lagi merindukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun