Kita mungkin khawatir anak-anak kita tidak menjalani kehidupan konvensional dengan bagaimana umumnya hidup yang kita bayangkan, ada pernikahan, memiliki anak dan karier untuk menaruh sedikit keteraturan pada dirinya sendiri, tapi sebenarnya mereka adalah anak zamannya yang dipelihara dengan cara-cara yang terkadang diluar akal kita oleh zamannya.
Dalam novel fiksi filsafat Dunia Anna karangan Jostein Gaarder, dijelaskan bahwa sifat manusia ditandai dengan sebuah kemampuan memandang secara horisontal terus-menerus. Kita senantiasa menjelajah dengan pandangan kita dan mencari berbagai kemungkinan bahaya atau peluang.Â
Dengan begitulah kita secara alami dapat mempertahankan diri kita dan orang-orang yang kita sayangi. Tapi, kita tidak memiliki kemampuan alamiah yang sama untuk melindungi generasi sesudah kita, apalagi melindungi spesies lain di luar spesies kita sendiri. Boleh saja kita berharap akan sebuah penyelamatan di dunia.Â
Namun, tidak ada jaminan bahwa yang menanti kita adalah sebuah langit baru dan bumi baru. Sungguh diragukan bahwa ada kekuatan dari luar bumi yang akan turun dan menerapkan pengadilan. Tapi suatu hari nanti kita akan diadili oleh para penerus kita sendiri. Kalau kita lupa memikirkan mereka, mereka tidak akan pernah melupakan kita.
Dari cerita di atas, saya percaya dengan keyakinan Yohanes Calvin, bahwa sebenarnya tidak ada pribadi yang tidak menyadari kekuatan Allah, seberapa kuat pun ia menyangkalnya.Â
Kata Calvin, saat angin berhembus kepadanya, orang mungkin dengan mudah menyangkal Tuhan, bahkan menertawakannya. Namun, pada akhirnya saat penderitaan datang menghampirinya, maka ia akan mulai berdoa dan dengan suara tersendat-sendat memohon pertolonganNya.Â
Sifat awal setiap manusia adalah baik, tetapi karena pengaruh lingkungan, manusia berubah menjadi jahat. Setiap manusia punya sisi baik dan sisi buruk dalam dirinya, kesempatan yang masih kita miliki semata-mata karena kemurahan hati dan kesabaran-Nya.
Semoga kita semakin menemukan keberanian untuk membuat hidup kita sebagai sebuah anugerah apa pun pekerjaan kita. Selamat menghidupi hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H