Dalam sebuah buku filsafat berjudul Dunia Sophie, karangan Jostein Gaarder, dijelaskan cara pengenalan ciri manusia dengan kata kunci filsafat, katanya: untuk menandai masyarakat dengan budaya beraliran romantisme tanyakan apa yang disukainya, maka kita dapat mengetahui dari mana dia berasal, sedangkan untuk menandai masyarakat kelas beraliran dialektika materialis tanyakan apa yang dia kerjakan, maka kita dapat mengetahui siapa dia.
Banyaknya pembahasan mengenai sulitnya mencari pekerjaan di masa-masa dewasa ini, sebenarnya perlu bagi kita untuk mendifinisikan kembali apa itu pekerjaan masyarakat.Â
Mengutip pidato Mark Zuckerberg pada saat kelulusan mahasiswa Harvard angkatan 2017, sebagai seorang mantan mahasiswa yang drop out dari universitas yang sama, maka dialektika pendefinisian ulang apa itu bekerja menjadi menarik. Â Â
Kata Mark, "film dan kultur pop seringkali salah dalam hal ini. Gagasan tentang momen 'eureka!' adalah kebohongan yang berbahaya. Hal itu hanya akan membuat kita merasa canggung karena kita tak punya apa-apa.Â
Gagasan tersebut menghalangi orang yang memiliki ide cemerlang untuk segera memulai." Lagi katanya, "bagaimana dengan menghentikan perubahan iklim sebelum kita menghancurkan planet ini dan melibatkan jutaan orang memproduksi dan memasang panel surya? Bagaimana dengan menyembuhkan semua penyakit dan meminta relawan melacak data kesehatan dan membagikan data genome mereka?Â
Hari ini kita menghabiskan uang 50 kali lebih banyak untuk menyembuhkan orang sakit ketimbang menemukan pengobatan untuk mencegah penyakit. Hal ini tidak masuk akal.Â
Kita mampu memperbaikinya. Bagaimana dengan memodernkan demokrasi sehingga setiap orang bisa memilih secara online, dan mempersonalisasikan pendidikan agar setiap orang bisa belajar?Â
Pencapaian-pencapaian ini berada dalam jangkauan kita. Mari kita wujudkan dalam berbagai cara yang mampu memberikan peran bagi setiap orang dalam masyarakat. Mari kita lakukan hal-hal besar, tak hanya demi menciptakan kemajuan, tapi untuk menciptakan tujuan."
Di akhir pidatonya, Mark mengajak para wisudawan agar sebelum berjalan keluar dari gerbang Harvard untuk terakhir kalinya, untuk duduk di depan Gereja Memorial, dan berdoa dengan doa Mi Shebeirach, yang dia ucapkan setiap saat ketika dia menghadapi tantangan.Â
Doa yang dia nyanyikan kepada putrinya sembari memikirkan tentang masa depannya, sambil menidurkannya di buaian. Doa itu berbunyi: "Semoga sumber kekuatan yang memberkahi setiap orang, membantu kami menemukan keberanian untuk membuat hidup kami sebagai anugerah." (sumber)