Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Masih Ada Anak Malang, Salah Siapa?

19 Juni 2020   11:21 Diperbarui: 20 Juni 2020   19:05 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Instusi pendidikan dan perangkatnya tak sedikit menuding mereka ini biang masalah dan kontributor kegagalan pendidikan. Tapi semestinya, menjadi media mawas diri bagi lembaga pendidikan dan civitas akademiknya untuk tetap merawat mutu pendidikan tanpa mengkambinghitamkan anak-anak yang bernasib kurang baik ini.

Mungkin kita bisa bernafas lega, dengan kartu indonesia pintar (KIP), tetap berlakunya kuota miskin pada setiap sekolah, kemudian beberapa pondok pesantren yang membuka pintu seluas-luasnya bagi mereka tanpa syarat untuk mereka tetap bisa sekolah sekaligus mengaji.

Mungkin juga anak-anak miskin dan dan tak cerdas ini bisa sedikit bersenyum dan tertolong lewat sistem zonasi tahun ini meskipun dengan segenap beban psikologis yang terlampau berat, dll.

Harapan kita, ke depan akan terbit semacam beasiswa, BOS daerah bagi anak-anak kurang cerdas dan miskin ini, atau semacam program khusus atau apapun sebutannya bagi mereka agar tetap mendapatkan hak pendidikannya secara lanjut.

Jangan sampai mereka ini DO gara-gara tak naik kelas berkali-kali apalagi TO sekolah hanya karena urusan tidak mampu membayar iuran/sumbangan sekolah. Save Our Souls (SOS) mereka. Jika tidak, maka lingkaran setan sudah mengintai, kebodohan dan kemiskinan yang berkubang.

Sekali lagi, soalan ini bagian problema negeri dan menjadi saham seluruh stakeholders bertanggung jawab menyelesaikan PR bangsa ini. Jangan sampai anak-anak powerless ini berlanjut menjadi hopeless.

Kita ingin, anak-anak kurang cerdas dan miskin ini tetap genial (riang dan berani) mampu mengganti nasibnya, mengubah dunia. Bukan mengganti takdirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun