Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dua Anak Wanita Kedua

21 Februari 2019   12:11 Diperbarui: 23 Februari 2019   19:10 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kang Yuspa selalu bersikap lembut bahkan saat ia jatuh cinta kepada Dewinta, sikapnya kian lembut dan makin pandai merayu seperti dulu ketika masih pacaran.

Yuspa sedang jatuh cinta. Setiap pagi biasanya ia mandi tak lebih dari sepuluh menit. Kini, memakan waktu berlipat ganda ditambah siulan dan senandung riang yang membahana.

"Da... di... da... daa... nanananaaa..."

"Kau sungguh jelitaa..."

"tararaa... raraa..."

Yuspa bercermin lama sekali. Mata sipitnya berulang kali ditarik ke atas dan ke bawah agar nampak lebih lebar. Hidungnya yang pesek dipencet berkali-kali. Senyumnya terus mengembang. 

Disisirnya rambut cepak satu nol, berpuluh kali dengan sisir yang selalu tersedia di saku. Hand body lotion milik Ratri Kantini, istrinya, diusap ke sekujur tubuh hingga wangi Apple Fresh menguar ke seluruh kamar dan tercium hingga ke dapur. 

Parfum Bulgarian Fever dari Landcomb disemprotkan berulang kali, bermacam aroma wewangian saling bertubrukan membuat Kantini hampir saja muntah karena baunya begitu menyengat.

Yuspa memang terlihat lebih tampan dari biasanya ditunjang pakaian necis yang dikenakan lengkap sudah penampilannya.

"Kantini... Sayangku," kata-kata rayuan mulai menyerbu.

"Akang pergi kerja dulu. Tak usah masak, ya Neng. Akang pulangnya malam," Yuspa mengecup kening Kantini lembut. Perasaannya memang sedang berbunga-bunga.

Yuspa meluncur bersama motor kesayangannya Kawwassakki Ninja berwarna hijau metalik.

Sepeninggal Yuspa, Kantini terdiam lama. Kesedihan mulai menggelayuti hatinya. Hari ini udara cenderung dingin tetapi keringat Kantini membanjiri tubuh dan  membasahi pakaiannya. 

Dadanya terasa sesak padahal dirinya bukanlah pengidap asma. Perasaan Kantini campur aduk. Kesal dan gelisah. Ia yakin Kang Yuspa pulang malam karena kencan dengan bosnya. Seorang janda muda, kaya dan cantik. Pernah Kang Yuspa dua malam tak pulang, alasannya karena pekerjaan menumpuk di kantor.

Kecurigaan Kantini bukan tanpa alasan. Gawai Kang Yuspa sering tergeletak di mana saja, tanpa menggunakan password. Mudah saja bagi Kantini untuk melacak percakapan Bos Dewinta dengan Yuspa. 

Benar saja! Kata cinta dan sayang bertebaran di setiap percakapan. Ikon hati merah jambu mengkahiri setiap chat.

Sambil menghela nafas berkali-kali Kantini berusaha menenangkan diri, ia sadar betul bila bertindak gegabah maka biduk rumah tangga mereka yang berusia lebih dari lima tahun, bisa-bisa oleng dan akhirnya karam.

Kantini maklum bila Kang Yuspa berusaha melirik wanita lain. Ia menginginkan seorang anak yang lahir dari rahimnya dan bisa membawa nama Yuspa dibelakang namanya.

Bahkan saat minggu pertama menikah, Kang Yuspa telah menyiapkan nama-nama untuk calon anaknya. Kalau anak laki-laki akan diberi nama Yusra Pujangga Yuspa dan anak perempuan Rayu Hatina Yuspa. 

Nama Yusra dan Rayu adalah singkatan dari nama mereka berdua begitu kata Kang Yuspa. Namun, harapan mereka harus pupus. Ratri Kantini divonis mandul.

Awalnya Kantini tak mau menerima kenyataan pahit, Ia sempat frustrasi dan meratapi nasibnya. Berhari-hari mengurung diri dan terus menangis siang dan malam. 

Kang Yuspa menasehati dirinya agar tegar menghadapi kehidupan. Bukankah Aisyah sang istri Baginda Rasul juga mandul dan tetap saja ia adalah wanita terhormat dan dijamin masuk Syurga? Kenyataannya Aisyah adalah istri yang dicintai Rasulullah sampai akhir hayatnya.

Nasehat demi nasehat mengalir dari mulut Yuspa hingga Kantini berhasil menemukan dirinya sendiri dan mengembalikan kekuatan jiwanya bahwa ia hanyalah satu dari sekian banyak wanita yang kuat menghadapi ujian kehidupan dari-Nya.

Setelah lima tahun barulah Yuspa menyatakan keinginan terpendamnya untuk beristri lagi dan meminta ijin pada Kantini untuk bisa menikahi Dewinta agar ia bisa memiliki keturunan. Dewinta sudah punya satu anak laki-laki bernama Satria, berumur sepuluh tahun. Perselingkuhan suaminya membuat perkawinan Dewinta kandas.

Kantini sempat heran, mengapa perkawinan mereka bisa bubar padahal mereka nampak bagai suami istri ideal. Cantik dan tampan, punya anak dan kaya raya. Apalagi yang kurang? Seandainya mereka tak bercerai tentu Kang Yuspa masih setia padanya begitu menurut perasaan Kantini.

Rasa sakit menerobos hati Kantini bertubi-tubi. Namun apa daya? Kantini merasa ia bukan wanita sempurna meski cintanya utuh dan sempurna hanya untuk Yuspa seorang.

Ia bersedia tinggal di rumah dan mengurus keperluan Yuspa dengan baik. Suaminya juga bersikap sama. Menghargai setiap masakan Kantini dengan baik, membantu mencuci piring bahkan menyapu halaman bila sedang libur. Bila Kantini terlihat letih setelah masak dan mencuci pakaian maka Yuspa segera memberi pijatan lembut dan membuatkan segelas lemon tea hangat kesukaannya.

Kang Yuspa selalu bersikap lembut bahkan saat ia jatuh cinta kepada Dewinta, sikapnya kian lembut dan makin pandai merayu seperti dulu ketika masih pacaran. Di satu sisi Kantini bahagia melihat Yuspa begitu ceria, ia bisa menemukan kembali sosok Yuspa yang sangat dipujanya. Lelaki berperawakan gagah tapi sikapnya lembut dan kata-katanya halus.

Kantini tak memungkiri bahwa ia cemburu pada Dewinta. Cemburu karena cinta, perhatian Yuspa sedikit beralih pada kekasih barunya. Walaupun diakui oleh Kantini, Kang Yuspa tetap memberi perhatian padanya. 

Seperti kemarin, sehabis creambath, Kang Yuspa tak henti menciumi rambutnya yang wangi bahkan sengaja memainkan rambut ikalnya dan berkata bahwa dia merasa beruntung karena mendapatkan seorang istri yang sangat cantik.

oOo

Minggu pagi di taman bermain, Rayu Hatina Yuspa yang berusia tiga tahun sedang berlari, saling kejar dengan Satria, mereka tampak sangat bahagia.

"Terima kasih Kantini," ujar Yuspa lembut. Matanya tak lepas mengamati tingkah kedua anaknya. Gawai ditangannya di setting untuk merekam kebersamaan mereka.

"Buat apa? Aku tak memberimu apa-apa hari ini," tanya Kantini agak keheranan.

"Buat semuanya. Kau mengijinkanku memiliki anak-anak ini. Aku merasa bahagia," jawab Yuspa sembari meraih tangan Kantini dan mengelusnya dengan lembut.

Kantini meneteskan air mata haru, ternyata Tuhan telah menakdirkan mereka menjadi anak-anaknya walau tak lahir dari rahimnya.

Dewinta memang ibu kandungnya tetapi nasib berkata lain, Dewinta terlibat perseteruan dengan mantan suaminya. Setelah menikah dengan Yuspa, suami Dewinta menuntut pembagian harta padahal ia tak memiliki hak atas harta pribadi mantan istrinya. Semua gara-gara bujukan selingkuhannya. Dewinta menolak dan terjadilah pembunuhan berencana.

Saat ini, mantan suami almarhumah Dewinta Soerya Binti Soerya Sapoetra mendekam dipenjara untuk waktu yang sangat lama.

Bandung, 20 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun