"Akang pergi kerja dulu. Tak usah masak, ya Neng. Akang pulangnya malam," Yuspa mengecup kening Kantini lembut. Perasaannya memang sedang berbunga-bunga.
Yuspa meluncur bersama motor kesayangannya Kawwassakki Ninja berwarna hijau metalik.
Sepeninggal Yuspa, Kantini terdiam lama. Kesedihan mulai menggelayuti hatinya. Hari ini udara cenderung dingin tetapi keringat Kantini membanjiri tubuh dan  membasahi pakaiannya.Â
Dadanya terasa sesak padahal dirinya bukanlah pengidap asma. Perasaan Kantini campur aduk. Kesal dan gelisah. Ia yakin Kang Yuspa pulang malam karena kencan dengan bosnya. Seorang janda muda, kaya dan cantik. Pernah Kang Yuspa dua malam tak pulang, alasannya karena pekerjaan menumpuk di kantor.
Kecurigaan Kantini bukan tanpa alasan. Gawai Kang Yuspa sering tergeletak di mana saja, tanpa menggunakan password. Mudah saja bagi Kantini untuk melacak percakapan Bos Dewinta dengan Yuspa.Â
Benar saja! Kata cinta dan sayang bertebaran di setiap percakapan. Ikon hati merah jambu mengkahiri setiap chat.
Sambil menghela nafas berkali-kali Kantini berusaha menenangkan diri, ia sadar betul bila bertindak gegabah maka biduk rumah tangga mereka yang berusia lebih dari lima tahun, bisa-bisa oleng dan akhirnya karam.
Kantini maklum bila Kang Yuspa berusaha melirik wanita lain. Ia menginginkan seorang anak yang lahir dari rahimnya dan bisa membawa nama Yuspa dibelakang namanya.
Bahkan saat minggu pertama menikah, Kang Yuspa telah menyiapkan nama-nama untuk calon anaknya. Kalau anak laki-laki akan diberi nama Yusra Pujangga Yuspa dan anak perempuan Rayu Hatina Yuspa.Â
Nama Yusra dan Rayu adalah singkatan dari nama mereka berdua begitu kata Kang Yuspa. Namun, harapan mereka harus pupus. Ratri Kantini divonis mandul.
Awalnya Kantini tak mau menerima kenyataan pahit, Ia sempat frustrasi dan meratapi nasibnya. Berhari-hari mengurung diri dan terus menangis siang dan malam.Â