Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Mata Kinasih

20 November 2018   08:09 Diperbarui: 20 November 2018   08:30 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal kondisi ekonomi Kinasih sangat memprihatinkan. Ayahnya hanya seorang kuli bangunan dan ibunya memiliki warung kecil berjualan makanan ringan. Kinasih sendiri anak tertua dari enam bersaudara. 

Bambang menggeleng-gelengkan kepalanya, prihatin dengan dekan yang terpilih membuat program pemotongan beasiswa demi bangunan baru untuk para dosen yang fasilitasnya sangat mewah. Bambang menyesali keputusan yang telah ia ambil. Itu karena dekan bermulut manis mengucurinya dana ratusan juta untuk program-program kemahasiswaan.

Kinasih benar. Selalu benar. Bambanglah yang telah salah melangkah. 

Tiba-tiba, Bambang teringat foto yang sudah dicetaknya di sebuah kertas ukuran F4. Foto Kinasih. Sebenarnya Kinasih tidak jelek, justru wajahnya manis dan imut. Hidungnya mancung dan kulitnya putih bersih. Hanya bibirnya saja yang jarang tersenyum. Seperti menahan derita yang banyak.

***


Sudah seminggu Kinasih tak masuk kampus. Bambang Wiguna merasa kampus menjadi lebih adem. Anehnya di sisi lain ia juga merasa kehilangan. Rasanya semangat untuk belajar malah melorot tajam. Kampus rasanya menjadi hambar padahal kegiatan kemahasiswaan sedang ramai karena akhir tahun biasanya ada pentas seni akbar.
Bambang memutuskan untuk menjenguk Kinasih. Ia kini merindukan gadis cerdas plus cerewet itu.

Tidak sulit menemukan rumah Kinasih. Sepulang dari kampus pukul empat sore, Bambang sudah berada tepat di depan warung ibu Kinasih yang berada di samping rumahnya. Ia bertemu wanita berwajah lembut berumur di bawah lima puluh tahunan. Wajahnya mirip Kinasih, ia yakin itulah ibunya Kinasih. Berkerudung biru tua dan berkaca mata minus. Tak disangka oleh Bambang ibunda Kinasih menyapa dengan penuh keramahan.

"Mencari siapa, Nak? Dari tadi ibu perhatikan, sepertinya hendak menemui seseorang. Apa hendak bertemu Kinasih?" Tanya Ibunda Kinasih lembut.

Tebakan yang tepat, Bambang salah duga, dipikirnya tata bahasa Ibunda Kinasih bakal berantakan karena lingkungan tempat Kinasih berada nampak kumuh. Gang kecil tempatnya sekarangpun becek. Hanya kondisi halaman bersih dan banyak tanaman buah-buahan dalam pot. Hingga terasa asri. 

Bambang hanya sanggup menganggukkan kepala. Ibunda Kinasih menyambutnya penuh keramahan. Mempersilakan dirinya masuk dan duduk menempati kursi sofa berwarna kecoklatan. Ruang tamu yang sangat sederhana.

"Sebentar ya, ibu panggilkan Kinasih. Sekarang kondisinya sudah membaik. Siapa namamu, Nak?" Suara lembut itu terdengar hangat. Bambang jadi teringat ibundanya. Selalu kaku dan nampak sibuk setiap waktu. Jauh dari kata ramah apalagi hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun