Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Mata Kinasih

20 November 2018   08:09 Diperbarui: 20 November 2018   08:30 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih terngiang ditelinganya saat Kinasih memprotes kebijakan bahwa kampus ini harus mendukung salah satu Calon Presiden untuk periode 2019-2024 mendatang. Kebetulan yang ditawarkannya adalah capres yang telah memberikan dana bantuan untuk kegiatan kampus sebesar satu milyar.

"Kampus itu seharusnya netral Bung! Tidak ada seorang pun yang boleh memaksakan kehendaknya. Itulah namanya hak pilih. Kalau kamu hendak memaksakan kehendak, bukan di sini tempatnya." Kinasih berkata dengan suara yang tenang.

"Mahasiswa adalah bagian dari pembelajar dengan peringkat berpikir yang paling tinggi. Saya masih tak habis pikir bagaimana mungkin memilih tampuk pimpinan tertinggi dengan cara pemilu langsung! Yang memilih adalah rakyat dan sebagian besar rakyat ini masih buta politik! Mereka hanya tahu apa yang dicitrakan di telivisi dan media massa lainnya. Banyak sekali bahkan yang tidak tahu menahu siapa yang dipilihnya kelak." Lanjut Kinasih dengan nada prihatin.

"Dan kamu? Karena bantuan yang uangnya tak jelas dari mana, kamu ingin semua orang mendukung pilihan yang sama denganmu? Dungu!" Kinasih menghentakkan jemarinya ke meja hingga terdengar suara keras seperti tamparan.

"Bagaimana bila itu uang hasil pajak yang seyogyanya diberikan untuk mengembangkan usaha bagi rakyat kecil? Atau justru uang itu untuk memperbaiki infrastruktur seperti jembatan yang rusak di sebuah desa yang sangat membutuhkan agar perekonomian dan pendidikan mereka bangkit?" Kinasih mendelik dan mendengus perlahan.

Semua orang memandang tajam pada Bambang Wiguna, seketika Bambang salah tingkah. Wanita ini sangat merendahkan dirinya dihadapan teman-temannya. Untung saja hanya didengar tak lebih dari sepuluh orang.

Sebenarnya Bambang malu. Kinasih memang berpikir lebih jauh dari dirinya. Meskipun ia notabene ketua namun pikiran Kinasih jauh lebih cemerlang atau lebih berpikiran jujur. Jujur pada hatinya.

Dulu sebelum terpilih jadi ketua, Bambang pun berpikiran ideal seperti Kinasih.  Segalanya harus dimulai dengan hati yang bersih dan tindakan yang penuh tanggung jawab. Namun lama-lama Bambang sering menghadapi dualisme antara kepentingan mahasiswa dengan kepentingan elit lainnya. Bambang dipaksa untuk mengalah.

Pemilihan dekan saja, Bambang harus mengubur nuraninya dalam-dalam. Ia harus mendukung dekan pilihan yayasan yang bekantong tebal dan juga bermuka tebal. Program yang ditawarkan calon dekan bermuka tebal itu tidak ada yang memihak pada mahasiswa dengan kemampuan ekonomi rendah meskipun rata-rata mereka cerdas sekali. Seperti Kinasih. Mendapatkan beasiswa secara penuh karena kecerdasannya. Kinasih memang berotak encer, persamaan fisika yang super rumit dilalapnya dengan mudah. 

Pantas kalau Kinasih akan dikirim untuk program khusus penelitian mengembangkan salah satu materi fisika kuantum di Jerman. Uniknya, para ilmuwan-ilmuwan dari berbagai negara dikumpulkan untuk menegaskan bahwa keberadaan Allah nyata dalam penelitian fisika kuantum yang akan mereka kembangkan. Sampai saat ini Jerman terkenal dengan atheisme yang kental. Meskipun diakui ada gerakan sosial yang mulai masif mempertanyakan kedustaan atheisme.  Pasti sangat cocok dengan kemauan dan kemampuan Kinasih.

Kinasih mahasiswa yang super lengkap. Pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi luar biasa, begitu juga kepedulian terhadap kehidupan sosial ekonomi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun