Kuayunkan langkah kakiku menyusuri jalan yang biasa aku lewati setiap pagi ngantor. Ya masih terlalu pagi baru jam 06.25 wib, tapi bagaimana lagi aku sudah terbiasa berangkat lebih awal dari yang lain. Tidak ada tendensi atau untuk cari muka. Tidak pernah ada dalam kamus pikiranku. Yang penting aku bisa makan dengan halal dari gajiku atas pekerjaanku.Â
Jalan ini masih biasa seperti yang aku lewati setiap hari. Lancar tanpa halangan berarti. Mungkin karena banyak karyawan pabrik di seberang sana yang melintas dengan sangat cepat tergesa-gesa takut terlambat. Padahal waktu masih sangat pagi. Luar biasa semangat mereka tinggi untuk bekerja.
Beberapa saat di depan kantorku ada serempetan kecil sepeda motor sehingga macet menghalangiku untuk menyeberang jalan masuk ke kantor. Tidak ada yang terluka, namun aku dekati salah satu darinya.
"Kenapa mas?", Tanyaku.
"Cuma senggolan saja Pak, maklum sama-sama terburu-buru", jawabnya.
"Walaupun anda terburu-buru tapi tetap juga harus hati-hati lihat situasi kiri kanan",Â
"Maklum pak, kalo terlambat nanti bayaran kami terpotong, ya udah pak kami lanjutkan perjalanan", dia terlihat gugup terburu-buru.
"Hati-hati mas", aku mengingatkannya.
"Iya Pak", jawabnya sambil melaju.
Tidak ada masalah yang berarti pagi ini, semuanya kembali normal seperti sedia kala. Kejadian ini menjadi sebuah catatan kecil bagiku. Disaat pandemi covid-19 seperti ini, pekerjaan sangat susah namun semangat kerja harus nomor satu meskipun mereka harus tergesa-gesa.
"Pagi Pak", sapa satpam
"Pagi mas", jawabku
Aku pun memasuki ruangan kantor. Tak banyak karyawan di sana, hanya dua orang saja yang sudah masuk.
"Pagi semua...", Sapaku.
"Pagi...", Mereka kompak.
Hari ini setelah absen aku langsung membuka laptop untuk persiapan daring. Sebenarnya semua materi sudah saya persiapkan dalam aplikasi online sehingga semua peserta dapat membuka kapan saja. Namun begitu aku harus mengawalinya dan tetap memberi motivasi.
"Pak, anda dipanggil pimpinan", seorang karyawan memberitahuku.
"Oke siap, saya segera kesana", jawabku.
Aku pun melangkahkan kakiku menuju ke ruang pimpinan.Â
"Selamat pagi Pak", sapaku
"Selamat Pagi, ada beberapa yang harus saya bicarakan kepada anda, ini menyangkut masalah kinerja anda, teguran dari catatan saya bahwa saya telah membina anda", jawabnya tegas.
"Oh begitu, baiklah", dengan rasa hormat sayaÂ
"Begini pak, saya melihat bapak saat jam siang kira-kira jam sepuluhan menghilang dari kantor, terus apa yang akan Bapak lakukan kedepan? Saya harap Bapak merubahnya", tanya dia.
"Siap Pak, bukankah saya ijin kepada Bapak?", Kelasku.
"Ya pak, tapi itu saya tidak berkenan", dia menjelaskan
"Baik Pak, mohon maaf saya ijin karena ada keperluan mendesak dan saya harus mengantar anak periksa, ini sifatnya insidental pak. Saya kira semua orang pernah mengalaminya." Jawabku.
"Ya Pak silahkan Bapak tanda tangan pembinaan di sini, tapi saya tetap mencatat juga kebaikan Bapak"
"Pak ini kan sedang pandemi, siswa sedang belajar di rumah, ya menurut hemat saya saya ijin meninggalkan kantor dan kembali lagi adalah hal yang wajar, mengingat semua pembelajaran sudah dipersiapkan lewat online", saya menjelaskan.
"Ya pan ini hanya catatan saja untuk saya pribadi", jawabnyaÂ
Entahlah saya betul-betul tidak paham apa yang sedang terjadi. Padahal saya sekuat tenaga bekerja dengan baik. Full dari 06.30 wib saya sudah sampai di kantor lebih pagi dari yang lainnya, bahkan pulang lebih terakhir. Â Tidak pernah ada catatan buruk.
Bahkan salah satu klien saya sama sekali tidak pernah masuk tidak dapat teguran blas.Â
Ada pula beberapa karyawan senior yang suka menghilang jam kantor dan datang seenaknya tidak dapat teguran. Heran saya entahlab apa yang terjadi mungkin ini Allah sedang menguji kecintaanku dan ketaatanku.Â
"Sudahlah Kang yang penting Akang sudah bekerja dengan maksimal lillahi Ta'alla pasrahkan semua kepada Illahi karena Dia lah yang maha mengetahui semuanya", nasihat seperti ini sejuk terasa.
"Ya tetap semangat bekerja", jawabku.
"Begitu dong, itu pertanda Akang adalah orang yang terpilih",Â
"Ya mungkin dari situ saya akan menjadi lebih baik", aku pun tersenyum.
Hari-hari sudah berlalu berganti hari. Semangatku untuk kerja tak terhalang oleh apapun, berangkat lebih awal dan pulang paling akhir. Setidaknya itu sudah menjadi kebiasaan ku.
Aku pun memasuki ruang karyawan sambil membawa berkas. Banyak rencana kerja yang mesti aku selesaikan. Aku hanya menjalani saja semua tugasku dengan baik. Setidaknya menurutku baik. Tidak merugikan orang lain.
Pagi ini terlihat lebih cerah dari hari yang lalu. Matahari pun tersenyum seakan memberi semangat kepadaku. Tetaplah optimis, tegar, penuh semangat, dan bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H