Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi dalam Tiga Babak

19 Oktober 2020   21:13 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun Sinclair adalah bercahaya. Berkilau. Kalau ada cahaya maka akan lahir kebenaran. Akan sirna kegelapan. Bisa dibilang Sinclair adalah simbol kehidupan yang lebih nyata. Kalau orang sudah mati, maka mereka merasa seperti lahir ke kehidupan yang nyata. Hidup di dunia adalah tidur. Dan kematian adalah bangun. Saatnya tahu mana yang penting dan tidak penting. Bisa saja sesuatu yang selama ini sangat penting ternyata hanyalah sekadar sampah waktu. Tak ada manfaat bagi kehidupan. Malah bisa jadi polusi bagi amalan seseorang. Dan aktifitas yang bisa jadi menurut kita seusatu yang remeh ternyata malah sangat penting. Intinya Sinclair itu bukan semata bercahaya. Tapi hadirnya cahaya sehingga tersingkap kebenaran. Mana yang hak dan bathil. 

Lalu aku bertanya dalam hati. 

" Lantas kamu siapa? Apakah kamu sebuah simbol juga?" tanyaku dalam hati. 

" Aku makhluk juga. Yang layak untuk diperjuangkan. Aku kehidupan nanti. Yang belum bisa dijangkau. Alam yang bahkan imajinasi pun belum sanggup menembusnya," tuturnya panjang lebar. 

Jadi menurut Maya, semua penting. Dunia harus dikejar untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih nyata. Agar kehidupan di alam Maya nanti bisa lebih bisa sejahtera. 

Pertemuan dengan Maya tidak terlalu lama. Tapi menjelaskan semua. Begitu terbangun aku masih berada di ruangan sebuah kantor. Dan baru saja berkenalan dengan seorang gadis. Dan nama gadis itu tak lain gabungan dari nama - nama tokoh wanita yang ada di dalam mimpiku. 

Jakarta, 19 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun