Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi dalam Tiga Babak

19 Oktober 2020   21:13 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati terdiri dari bilik - bilik. Ketika ada ruang hati kosong, kemudian ada konten yang cocok mengisi ruang itu, maka di situlah proses jatuh cinta sedang berlangsung. Jika terus berlanjut maka lama kelamaan akan saling membutuhkan. Baik ruang hati maupun yang akan mengisi. Seberapa luas ruang yang kosong akan berbanding lurus dengan materi yang akan mengisi relung itu.

Gadis ini tanpa kuminta menyebut namanya sudah menyodorkan kartu nama. Di dalam kartu nama itu tertulis nama ' Sinclair'. Sesuai namanya, dia juga bercahaya. Glowing. Dan sangat memikat. Walaupun dia lebih realistis. 

Lebih bisa menghitung. Menutup banyak ruang - ruang misteri. Segala hal bisa dijelaskan dan ditanyakan.  Dia bercerita, kalau dirinya pernah menolak beberapa pria, menurutnya pria itu tidak terlalu terluka. Sinclair begitu gamblang menjelaskan alasannya. Kata dia, jatuh cinta itu hanyalah proses kimiawi di dalam hati. Otak tak boleh termanipulasi oleh itu. Mesti bisa dihitung dengan jelas. Manfaat dan madharatnya. 

Mungkin karena kebanyakan pria lebih menggunakan logika, penjelasan itu sangat bisa diterima. 

Tapi duduk dan berbicara dengan Sinclair ini kita menjadi bodoh. Kita menjadi tak berguna. Kecantikan dan kecerdasannya sangat mengimintidasi. Lagi - lagi aku mendadak terbangun dari mimpi itu. Jujur Sinclair lebih ekr ih dan gamblang jalan pikirannya. Tapi juga sulit bagi siapapun yang ingin mendekat pada dia. 

Aku masih berharap bisa bermimpi lagi. Untuk bertanya beberapa hal yang belum sempat aku tanyakan. Siapa saja yang hadir. Entah Helene atau Sinclair. Beruntung, aku tidak kesulitan untuk bisa tidur lagi. Aku tertidur dan tiba - tiba berada di padang yang luas dan putih. Aku tidak memakai celana jins dan T-shirt. Tapi mengenakan jubah yang berwarna putih. 

Pasir di kakiku terlihat mengkilat berkilau tapi tidak panas. Hangat dan sangat nikmat. Aku berjalan mencari arah yang memungkinkan mengarah ke sebuah kota atau kampung. Tak ada siapa - siapa. Aku melangkah. Tapi kaki itu melangkah sendiri. Tanpa aku perintahkan. Dan seakan sudah tahu harus jalan ke mana. Aku gembira. Aku lihat ada seorang wanita yang berpakaian sama dengan ku. 

Dia pun hanya sendiri. Kami saling menyapa dan berkenalan. Tapi tidak dengan berkata - kata. Hanya dengan diam,  kami sudah bisa mengerti kenapa kami bisa dipertemukan di situ. 

Dia juga menyebutkan namanya tanpa harus mengatakan. Kami menggunakan bahasa kalbu. Barangkali ini yang disebut bahasa sejati. Tak ada dusta dan kepura-puraan. Singkat. Padat. Jelas. Nyaris tak ada kata - kata yang mubasir. Walau semua itu tidak terucapkan. Pemahaman itu langsung diterima di otakku. 

Jadi tanpa aku bertanya siapa nama gadis itu, dia sudah menjelaskan panjang lebar sejarah hidupnya. Gadis itu bernama Maya. Maya bersikap lembut. Tapi di dalam kelembutannya tetap memiliki ketegasan. Yang membuat aku terkejut, dia menjelaskan hikmah pertemuan dengan Helene dan Sinclair. Sepanjang perjalanan aku terus memberondong beberapa pertanyaan tentang kenapa mesti bertemu dengan Helene dan Sinclair. 

Menurut Maya, Helene adalah simbol kehidupan dunia. Itu sebabnya, ketika dikejar akan lari. Banyak yang kecewa pada dunia. Semakin diminum semakin tidak menghilangkan dahaga. Sulit menaklukan  dunia. Siapa saja yang menganggap dunia itu Raja, maka dia akan diperbudak oleh dunia. Siapa yang menganggap biasa dia tak akan tergoda. Lebih tepatnya lebih sanggup menghadapi godaan dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun