Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang KAA 1955, Sukses Tuan Rumah KTT G20 2022 dan Sajian Khas Indonesia yang Mendunia

17 November 2022   14:14 Diperbarui: 18 November 2022   10:37 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi KTT G20. Photo kompas.com

Dalam perhelatan KAA, Madrawi dan Fhadli Badjuri yang juga pemilik Rumah Makan Madrawi di Jalan Dalem Kaum Bandung waktu itu, mendapat kepercayaan untuk mengurus kebutuhan konsumsi para delegasi KAA. Madrawi dan Fhadli Badjuri tidak menyia-siakan kesempatan itu.

Meracik makanan dan mengemasnya dengan baik serta higienis adalah bagian dari kemampuan mereka dalam hal membuat makanan yang khas dan enak itu. Kreasi tangan-tangan terampil mereka pun membuahkan hasil. 

Sajian makanan khas Madura tersebut kemudian mereka hadirkan ditengah-tengah penyelenggaraan KAA. 

Jenis-jenis makanan itu diantaranya adalah sate dan juga soto Madura. Menu itu adalah sebagaian dari 99 menu yang biasa mereka jajakan di RM Madrawi dan Presiden Soekarno sangat menyukainya. 

Begitu pun selama KAA berlangsung banyak delegasi dari Asia dan Afrika merasa ketagihan dengan sajian menu yang disediakan tuan rumah KAA tersebut.

Makanan yang disajikan RM Madrawi dapat diterima oleh khalayak bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang hadir melalui delegasi-delegasinya. 

Sajian ini dianggap baru dan mampu hadir dan setara dengan pola sajian dalam jamuan-jamuan internasional lainnya. 

Meski dibilang secara konteks, sate dan juga soto Madura merupakan panganan khas tradisional, tetapi para delegasi KAA menyukai dan bahkan sangat menikmatinya.

Sadar atau tidak, dengan pendekatan penyajian pola dan pilihan makanan seperti ini, Indonesia tengah menerapkan pendekatan diplomasi baru yang tentunya ala Indonesia.

Disamping munculnya pemikiran tersebut, penyelenggaraan KAA dengan segala gaya diplomasinya kemudian dikatakan bahwa Indonesia pada saat itu benar-benar mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap kaidah-kaidah perundingan yang biasa diselenggarakan dengan tanpa menimbulkan penolakan yang signifikan dari negara-negara di dunia dikemudian hari.  

Catatan sejarah perundingan dan diplomasi KAA kemudian menyebutkan bahawa dasar utama perundingan dalam penyelenggaraan KAA adalah musyawarah untuk mufakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun