Kami harus angkat kaki
Karena kami adalah gelandangan
Pada kutipan diatas menggambarkan bahwa rakyat disana memiliki keinginan untuk memiliki rumah yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, akan tetapi keadaan mereka yang serba susah bahkan hanya untuk sesuap nasi. Tak jarang mereka pun diusir karena bukannya tanah kepemilikan sendiri dan mereka harus pergi dan mencari tempat tinggal lain. Bahkan pada larik diatas Wiji Thukul menjelaskan bahwa mereka ini adalah seorang gelandangan.
3. Kemiskinan
Fenomena sosial kemiskinan terlihat jelas dalam puisi “Gumam sehari-hari” karya Wiji Thukul Ini. Tergambar pada kutipan berikut:
Diujung sana ada pabrik roti
Kami beli yang remah-remah
Karena murah
Disini menggambarkan tidak sanggupan seseorang untuk membeli roti yang enak karena keterbatasan uang yang dimilikinya. Sekalipun pabrik tersebut didekatnya dan ia merasakan bising dan limbahnya ia tetap tidak dapat merasakan rotinya.
Diujung sana ada tempat penyembelihan sapi
Dan kami kebagian bau kotoran