Kami terusir
Mendirikan kampung
Digusur
Disini Wiji Thukul menuliskannya dengan jelas bahwa salah satu pembangunan insfrastruktur yang berdampak pada masyarakat adalah  pembangunan jalan raya yang kian melebar sehingga rakyat terus diusir dan disaat mereka sudah menemukan rumah serta kampung digusur pula karena adanya pembangunan yang lainnya.
2. Rakyat yang menjadi gelandangan
Suara dari rumah-rumah miring merupakan salah satu puisi karya Wiji Thukul dalam kumpulan puisinya. Disini terdapat fenomena sosial yang berupa gelandangan.
Kami mencium selokan dan sampan
Bagi kami setiap hari adalah kebisingan
Pada kutipan puisi diatas menjelaskan bahwa mereka hidup ditempat yang tidak layak dan kotor, karena mereka tinggal berdekatan dengan selokan, dan kehidupan merekapun berisik yang bisa jadi mereka tinggal dipinggir rel kereta atau dibawa kolong jembatan.
Kami bermimpi punya rumah untuk anak-anak
Tapi bersama hari-hari pengap yang menggelinding