Raden Pamekas mengangguk-angguk sambil sesekali mengerutkan dahi. "Ki Demang Wulungan dan Linggar.., aku adalah Raden Pamekas. Aku diutus ke Matesih ini untuk menumpas laskar Jipang, aku sendiri tidak menuduhmu memberontak, hanya saja keteranganmu sangat kami butuhkan untuk melengkapi penyelidikan kami atas kekuatan laskar itu yang makin banyak dan bertebaran di tlatah Demak."
"Hamba Raden," sahut Ki Demang. "Nama hamba Wulungan dan ini anak hamba Linggar. Kami akan memberi keterangan sesuai yang kami ketahui Raden."
"Aku percaya padamu Ki Wulungan," Raden Pamekas tersenyum. "Ki Jipayana..!"
"Hamba Raden," sahut Ki Jipayana.
"Kita tidak perlu ke Demak untuk saat ini, kita sampaikan saja pencapaian kita ini pada kangmas Karebet, adipati Pajang. Itu akan lebih baik daripada kita pergi ke Demak, karena kita tidak perlu lagi mengirim utusan ke Pajang untuk menyampaikan keadaan Laskar Jipang di lereng Tidar itu. Kita telah berhasil menumpasnya, walaupun pimpinannya yang seorang dapat lolos."
"Hamba sependapat Raden, dan memang kanjeng adipati Pajanglah yang ditunjuk ingkang sinuwun memadamkan pemberontakan."
"Baiklah. Kita akan menempuh alas Mentaok setelah menyeberangi sungai Praga. Kita akan beristirahat di pinggiran sungai Praga, sebelum matahari terbenam."
"Hamba Raden."
Kemudian berangkatlah rombongan itu meninggalkan Matesih. Matahari mulai condong ke barat ketika mereka melewati Di lembah Tidar. Gunung Tidar tampak hijau dan rimbun tampak dari kejauhan, keberadaan Gunung itu amat menyejukkan udara di Kademangan Matesih. Selain itu anak-anak sungai yang membelah membuat Matesih menjadi subur dan makmur.
Rombongan prajurit Demak itu kini jumlahnya hanya tinggal lima belas dengan Raden Pamekas dan Ki Jipayana. Setelah dalam pertempuran dilereng Tidar, hampir separuh lebih prajurit gugur menghadapi laskar Jipang. Kesedihan membayang diwajah mereka atas teman-teman prajurit yang gugur membela kedaulatan Demak.
Setelah hampir gelap sampailah rombongan itu di atas tepian sungai Praga. Suara Gemericik air terdengar dari atas tebingan sungai. Air yang mengalir cukup deras kala itu, karena malam sebelumnya curah hujan cukup tinggi. Dibawah sungai itu terdapat dua rakit yang ditinggalkan pemiliknya karena hari sudah hampir gelap.