"Baik Raden," sahut Ki Jipayana.
Ki Jipayana lalu mengatur beberapa prajurit agar berjaga, mereka ditempatkan sepuluh tombak dari tenda Raden Pamekas.
Ki Wulungan dan Linggar pun ikut berjaga secara bergantian.
Dalam pada itu, tidak jauh dari tempat itu dua pasang mata mengintai dari balik gerumbul semak.
"Kita harus bersiap esok pagi, saat terang tanah kita harus sudah berada dirakit!" kata salah seorang diantaranya.
"Jumlah mereka tidak terlalu banyak, aku rasa kita bisa membantai mereka tanpa kesulitan," berkata yang seorang lagi.
"Jangan gegabah Buntal! Tugas kita hanya menyeberangkan mereka saja, tidak lebih."
"Dan perlu kau ingat! Usahakan kita menyeberangkan separuh dari jumlah mereka. Agar kita bisa membantainya di dua tempat. Satu di pinggir tepian ini dan satu di seberang tepian Alas mentaok itu."
"Ya kakang Rumbas, tentu yang akan menyeberang lebih dulu adalah bangsawan yang disebut Raden Pamekas itu. Dan setibanya disana, pimpinan kita sudah menunggu untuk meringkusnya," kata orang yang dipanggil Buntal.
Kau benar Buntal! Setelah menyeberangkan, kita dapat ikut menangkap bangsawan Demak itu," ujar Rumbas.
Setelah dirasa cukup, mereka meninggalkan gerumbul semak itu.