“Aku bukan raja yang harus kau sembah..!”Suara kinasih meninggi.
“Hamba menghormati putri, karena hamba sebelumnya adalah abdi dalem dirumah Putri, walaupun sekarang tidak lagi.”
“Apa maksudmu Wijaya ?”sahut Kinasih.
“Ketahuilah.., Ki Wijil memberhentikanku setelah aku membeberkan perihal sakit ibunda Putri,”ujar Wijaya.
“Kenapa Ki Wijil tidak memberitahukan aku, kalau kau diberhentikan ?”
“Dia itu terlalu lancang, kadang dia begitu berkuasa dirumahku !”suara Kinasih meninggi.
“Lalu apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan ?”tanya Kinasih.
Wijaya yang duduk bersila dihadapannya, beringsut mendekat dengan kepala yang masih menunduk.
Wijaya merenung sejenak, mengatur kalimat yang akan diucapkan.
Angin sepoi berhembus, menggerakkan batang-batang bambu yang rimbun bergerombol, membuat teduh siang hari yang terik itu.
“Putri.., tujuan hamba menemui putri sebenarnya adalah, hendak berpamitan pada putri.”