Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Puisi "Tangan Waktu" Eyang Sapardi (Alm)

27 Juli 2021   20:15 Diperbarui: 27 Juli 2021   23:59 1637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya kecil ini sebagai bentuk apresiasi yang sederhana terhadap karya  seorang penyair besar. Ini hanyalah suatu pendekatan saja agar bisa saling berinteraksi dan berkontribusi dari sisi penikmat sastra. Di samping memang, Eyang Sapardi termasuk diantara penyair yang paling penulis kagumi, terutama dari segi keluwesan daya ungkap diksi, kesederhanaan dan penghayatan yang tersimpan dalam.

Beberapa puisi secara umum bisa mewakili maknanya sendiri secara zahir dan tidak membutuhkan interpretasi khusus. Demikian halnya dengan beberapa puisi Eyang Sapardi. Namun sebagai tabiat puisi, tetap ada makna dari atribut simbol yang digunakan penyair.

Adapun pemilihan puisi di atas (Tangan Waktu), disebabkan karena karya tersebut sebagai karya awal kepenyairan Eyang, ditulis saat ia usia sekira 19 tahun. Secara sosok, puisi tadi cukup mewakili pandangan hidup penyair sehingga masih relevan dengan keadaan sekarang. Alasan lain, secara taktis, puisi " Tangan Waktu " menjadi model bagi bentuk kreativitas penyair dalam memilih diksi. Artinya, puisi tersebut (dari judulnya) telah keluar dari kelaziman bahasa sehari hari. 

Biasanya kita hanya mengenal separuh waktu, waktu muda, waktu malam atau semacamnya. Tak terpikir oleh kita bahwa Tangan Waktu pun dapat "terulur lewat jendela "  dan "memegang leher bajumu".

Bahasan singkat

Puisi Tangan Waktu termasuk sebagai puisi modern dari segi bentuk dan strukturnya. Sifat itu  terlihat juga dari ritma yang tidak mengikat di ujung bait, sehingga termasuk dalam puisi naratif yang bebas, tanpa memerhatikan huruf kapital di awal kalimat,misalnya. 

Yang tampak terikat dan kuat pengkonsentrasian bahasa/kata,  ada pada pilihan jumlah  baris yang konsisten pada tiap bait dan beberapa pemilihan kata sugesti yang dianggap penting untuk mencapai maksud si penyair.

Secara historis yang detil, penulis belum menemukan latar-sebab khusus kenapa dan bagaimana puisi Tangan Waktu diciptakan. Tapi menurut kebiaaan, puisi puisinya dapat selesai dalam sekejap. Ia dapat menulis 18 puisi dalam semalam. Sebagian ada yang mengendap di kepala Eyang Sapardi selama dua atau tiga tahun. Jadi kita anggap puisi di atas termasuk yang cepat selesai tapi telah melewati fase endap yang panjang, hingga pada suatu momen, ia terdorong untuk merampungkannya.

Dari tiap bait dalam puisi Tangan Waktu, tak menonjol rasa duka ataupun suka dan gembira. Yang terkesan adalah kehati-hatian, kewaspadaan, kesadaran dan mungkin sedikit cemas atau galau (cemas dan galau termasuk yang sering ia rasakan, kata pada satu wawancara).

Pada bagian ini, dapat diwakilkan dalam diksi/kalimat berikut:

Bait satu, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun