Setelah menginap semalam di Langar, perjalanan dilanjutkan menyusuri koridor Wakhan dengan Sungai Amur Darya di sebelah kiri dan pegunungan Pamir di sebelah kanan.
"Marhaboba Dexoti Wahon," sebuah gapura besar dengan hiasan bendera Tajikistan yang berwarna merah putih hijau datang menyambut di sebelah kiri jalan. Â Ini adalah ucapan Selamat Datang di desa wakhan. Â Â
Ternyata kawasan di lembah wakhan juga dibagi dalam berbagai Komunitas Pedesaan yang dinamakan berdasarkan nama sosok tokoh yang berpengaruh di sana. Salah satu nya dinamakan R Yusufbekov seperti tampak pada gapura bertuliskan Hoz Omedad alias selamat jalan. Di atasnya ada tulisan Chaniago Dexoti R Yusufbekov. Â Lengkap dengan hiasan bendera Tajikistan. Â
Melalui jalan kerikil yang berdebu dan berliku, serta bentangan lembah yang indah petualangan terus berlanjut. Kami juga sempat mampir di Saturday Market, yang merupakan pasar internasional tempat pedagang dari Afganistan bertemu dengan pedagang dna juga pembeli dari Tajikistan. Â
Selepas makan siang kami terus melaju menuju Ishkashim. Sesekali pemandangan di tepi jalan berganti lebih hijau dengan deretan pepohonan yang cukup rindang berbaris rapi di kedua tepi jalan. Â Sementara kendaraan melaju kadang cepat kadang lambat disesuaikan dengan kondisi jalan, Ibrahim memutar lagu lagu Kyrgyz yang merdu. Bu Lilik dan Bu Ida asyik ngobrol dalam dialek Jawa timuran dan saya terkadang ngobrol sebentar dengan Ibrahim sambil mempraktikkan bahasa Rusia saya.
Tajikistan dan juga negara negara Asia Tengah eks Soviet tampaknya memiliki kebiasaan yang hampir mirip dengan Indonesia, yaitu memasang kata kata slogan di ruang publik. Bahkan di dinding bukit pun ada slogan besar bertuliskan "Pemuda adalah kekuatan utama Masyarakat'" wah mirip dengan kata kata mutiara Bung Karno tentang pemuda yang mengguncang dunia.
Tidak terasa sekitar pukul 13,25, konvoi empat kendaraan 4 WD memasuki kota atau mungkin lebih tepatnya Desa Ishkashim yang sepi. Kota kecil ini memiliki satu jalan utama tempat bank dan beberapa kantor pemerintahan. Di ujung jalan kami sempat berfoto dengan latar "I love Ishkashim," love nya kalau logo hati warna merah.
Kami segera mampir ke rumah megah berlantai dua yang disewakan untuk satu malam. Kamar saya bersama Pak Prayudi di lantai atas. Di dinding warna krem tampak plat alamat rumah dalam aksara kiril. Rizo Haerulloyev No 7. Â Rumah ini agak sedikit tersembunyi dari jalan raya dan di dekatnya ada sebuah stolovnaya atau warung tempat kami bisa berbelanja keperluan sehari hari. Saya sempat belanja kismis dan juga berbagai jenis cokelat lokal. Bu Mirna juga ikut berbelanja.
Kami memiliki waktu bebas siang sampai sore ini. Saya bersama mas Agus dan Maya jalan jalan sekalinya rumah.  Sebuah bangunan yang dari luar mirip gudang dengan tulisan Taraxonai Bahadur dengan warna  abu-abu menarik perhatian saya. Warung tadi juga ada di sini dan di sebelahnya adalah restoran tempat kami makan malam dan sarapan besok pagi. Dalam bahasa Tajik Taraxonai bermakna  restoran .
Di depannya ada sebuah papan besar bertuliskan aksara Kiril. Di bagian kanan bawahnya ada nama Emomali Rahmon. Nama Presiden Tajikistan sejak 1994. Â Tulisan ini ternyata memuji pencapaian pelabuhan negara setelah 35 tahun merdeka. Â
Bersama Bu Mirna dan Mas Kasan yang baru bergabung kami berjalan menuju ke arah selatan yaitu menuju sungai Amur Darya dan perbatasan Afghanistan. Namun jalan terus menurun dan sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang lewat, yang ada hanya dua ekor anjing yang terlihat cukup galak. Akhirnya kamu balik kanan menuju ke jalan raya utama. Â
Di jalan utama ada Tajik Sodirat Bank (Bank Dagang Tajik) dan di dekatnya ada baliho besar dengan tulisan panjang dalam bahasa Tajik. Â Di sudut kanan bawahnya kembali ada nama Emomali Rahmon baliho ini berhias akan beberapa bendera merah putih hijau yang gagah berkibar.
Jalanan sangat sepi dalam sepuluh menit hanya ada satu kendaraan yang lewat. Kesempatan ini kami gunakan untuk berfoto di tengah jalan raya dengan santai.
Di jalan ini masih banyak gedung gedung kecil kantor pemerintahan. Di depan gedung pasti ada kata kata mutiara dengan nama Emomali Rahmon. Di suatu gedung warna kuning bahkan ada foto besar sang presiden lengkap dengan tulisan kata mutiara. Kali ini saya sempat menerjemahkannya yaitu : Pendiri Perdamaian dan Persatuan Nasional, Pemimpin Bangsa  Presiden Republik Tajikistan Emomali Rahmon.  Gambar sang presiden ini lengkap dengan gambar istana yang megah dan taman cantik penuh bunga warna warni. Â
Kami terus berjalan menyusuri jalan raya yang kemudian agak menurun. Di sebelah kiri kembali ada sebuah gedung kecil dengan bendera Tajik berkibar di atas fasad nya . Sebuah tulisan kata mutiara dengan nama Emomali Rahmon  juga menghias gedung ini. " Dalam proses penyelenggaraan masyarakat madani, peran hukum, rasa hormat, kepatuhan dan penerapannya sangatlah besar. "
Wah baru saja mampir ke kota kecil Ishkashim, saya sudah disuguhi gambar gambar presiden dan semboyan atau kata kata mutiara yang sakti menimbulkan semangat dan rasa cinta tanah air bagi siapa saja yang membacanya.
Masih di jalan yang sama, di halaman salah satu gedung pemerintahan ada patung dada yang cantik. Â Di bagian pedestal yang terbuat dari granit ada tulisan nama Yusufbekov Rustambek, yang ternyata merupakan doktor dan profesor dalam bidang ekonomi. Lengkap dengan tahun lahir dan kematian yaitu 1923-2007.
Tidak jauh dari sini ada sebuah monumen kecil dengan patung seorang perempuan pejuang dengan angka tahun 1941-1945. "Jangan lupakan siapa pun, dan  apa pun, Itu tidak akan terjadi. Rupanya ini adalah monumen peringatan perang dunia II yang banyak saya jumpai di negara Asia Tengah dan mengingatkan saya akan sebuah taman dan monumen di Osh, Kyrgyztan.
kami terus berjalan menyusuri jalan raya yang kian menurun. Di tepian kaki lima ada selokan yang airnya mengalir deras dan sangat jernih. Di sini kami bertemu dengan dua orang anak perempuan berusia sekitar sepuluh atau sebelas tahun. Mas Agus sempat bercakap-cakap dengan anak tadi dengan bahasa Tajik. Keduanya tampak heran melihat rombongan kami.
Karena jalan makin menjauh akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke penginapan sementara mas Agus dan teman-teman meneruskan perjalanan. Saya ingin sekedar beristirahat dan berjanji untuk bertemu untuk makan malam.
Tiba-tiba saja ada suara pengumuman yang menurut Mas Agus nanti malam akan ada semacam pesta rakyat di salah satu gedung di jalan ini, mungkin kita dapat hadir dan melihat serunya pesta di kota kecil Ishkashim yang terletak terpencil di lembah Wakhan, negeri seberang sungai di perbatasan Afghanistan dan Tajikistan.
Setelah makan malam, sekitar pukul 20, kami kembali ke jalan utama. Suara musik ramai membahana dan di salah satu gedung tampak sangat ramai. Halaman gedung ini sangat luas dan orang -orang menari dan berjoget ria mengikuti irama musik yang riang gembira.
Ada seorang lelaki yang memakai pakaian tradisional, begitu melihat rombongan kami, langsung dipersilahkan dengan ramah untuk ikut menari. Lelaki tadi langsung saja mengajak Maya berjoget dengan gaya yang riang dan santai. mas Kasan juga langsung merumput dengan gaya khas yaitu kedua tangan diangkat tinggi-tinggi sambil memutar tubuh 360 derajat berulang-ulang.
Walau suhu udara cukup sejuk di Lembah  Wakhan namun hati sangat gembira dan tidak mengira bahwa kota kecil yang sepi di siang dan sore hari, ternyata bisa begitu ramai dan meriah di malam hari ini. Terbawa oleh suasana kami semua ikut menari dan berjoget sampai lelah.
Malam kian larut, sekitar pukul 10 malam kami meninggalkan halaman tempat pesta rakyat masih berlangsung dengan meriah. Â
Kami kembali ke penginapan dengan hati yang senang telah ikutmenari bersama penduduk Ishkasim yang dengan ramah dan tangan terbuka menyambut kami semua.
Semalam di Ishkashim yang tidak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H