Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Terpaksa Utang 100 Peso untuk Masuk ke Museum di Chile

2 April 2024   14:45 Diperbarui: 3 April 2024   01:26 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salsh satu ruangan di Museum: Dokpri

Ketika itu golongan yang kaya alias tuan tanah memiliki banyak harta dan kekayaan dan di sisi lain kaum miskin dan rakyat jelata yang disebut campesino harus bekerja dan melayani kaum kaya tersebut.

Ruangan berganti ruangan dan diceritakan pula bagaimana Chile mendapatkan kemerdekaan di awal abad ke XIX dengan runtuhnya emporium Spanyol karena perang dan serbuan Napoleon di Eropa, hingga krisis ekonomi yang melanda dunia pada 1930-an dan pengaruhnya bagi kehidupan sosial di Chile.

Suasana museum: Dokpri
Suasana museum: Dokpri

Di salah satu ruangan juga terdapat tangga melingkar untuk naik ke Menara yang kita lihat dari depan tadi. Rupanya menara ini Bernama Menara Benjamin Vicuna Mackkena, sosok matan Walikota Santiago yang kita kenal melalaui sebuah Plaza di atas stasiun metro Santa Lucia. Ternyata menara ini memiliki 7 lantai dan juga terdapat sebuah balkon tempat kita bisa melihat dan menandang Plaza de Armas dengan lebih leluasa.

Ah terlalu banyak informasi yang harus saya serap dalam waktu yang singkat. Karena itu saya lebih tertarik pada pameran sementara bertema 50 Anos Despues yang mengisahkan kembali sejarah Chile setelah 50 tahun kudeta militer pada 1973 yang menjadi episode kelam dalam sejarah Chile.

Saya sendiri pada awalnya belum begitu mengetahui lebih mendalam kisah ini. Yang saya ketahui adalah banyaknya kesamaan sejarah di Amerika Latin ketika berada dalam kekuasaan diktator militer dimana banyak terjadi pelanggaran HAM berat, orang-orang yang ditahan, dipenjara tanpa pengadilan dan juga orang-rang yang hilang. Semua itu direkam dan dipamerkan dengan menyentuh dalam pameran ini.

Sangat menyentuh perasaan dan hati Nurani melihat pameran yang memamerkan kekejaman selamat pemerintahan diktator militer di Chile ini sehingga ada satu kata yang sangat membekas dalam hati yaitu Nunca Mas atau Jangan Terjadi Lagi.

Dalam pameran ini juga saya mengetahui bahwa pada 1987, Grup Sol y Lluvia menyanyikan lagu berjudul "Para Que Nunca Mas,' yang membuat frasa Nunca Mas menggema di seantero Chile. Disuarakan oleh para demonstratif baik di plaza dan jalan-jalan dan akhirnya membuat sang diktator turun takhta pada 1988. 15 tahun dalam kediktatoran tetap membuat masa kelam itu tidak dapat dilupakan oleh rakyat Chile. Karena itu kata Nunca mas hingga saat ini masih terus menggema.

Nunca mas: Dokpri
Nunca mas: Dokpri

Ada baiknya kita kutik kembali beberapa baris lagu yang dinyanyikan oleh Sol y Lluvia tadi.

Para que nunca ms en Chile los secretos calabozos,
vuelvan a morder la humanidad de mi pueblo,
para que nunca ms en Chile
el hambre vuelva a estar en la boca de mi humilde pueblo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun