Sebuah bangunan dengan bentuk mirip stupa di Borobudur warna kuning emas menyambut kami.
Ini adalah Vihara Arya Dwipa Arama  yang juga tidak kalah cantik dan unik.
Menurut mas Agus ini adalah Vihara yang sangat bernuansa Indonesia karena bentuknya yang khas. Â
Di ruang utama Vihara terdapat hanya sebuah Rupang atau patung Buddha. Â Di sini kita dapat sejenak bersemedi. Â Sementara pemeluk agama Buddha sejenak bersembahyang dan bersujud.
Mas Agus juga sempat sekilas menjelaskan mengenai pokok-pokok ajaran agama Buddha seperti Pancasila, serta istilah-istilah agama Buddha yang sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia seperti samsara, siksa, semedi dan sebagainya.
Sejenak berada di sini, tidak terasa suasana sejuk dan damai masuk menyeruak ke dalam sanubari didukung dengan  langit hang mendung berawan.
Tempat ibadah selanjutnya sangat istimewa karena selama ini tidak diakui sebagai agama dan hanya berstatus kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Â Namanya adalah Sasana Adirasa Pangeran Sambernyawa. Â Arsitekturnya
Nuansa Jawa segede merebak ketika berada di sasana ini. Bentuk atapnya berupa joglo yang langsing menjulang tinggi bersusun tiga. Â Bangunan utamanya sangat terbuka mirip pendopo di Kraton atau rumah bangsawan Jawa. Ada pintu-pintu dengan kutipan kata bijak dalam bahasa Jawa kromo unggil di atasannya.
"Di sinilah Pak Harto sering bersemedi," demikian keterangan mbak Ira sambil mengajak kami ke sebuah ruangan khusus yang berukuran sekitar 3x3 meter.