Pada papan nama gereja ini ada jadwal misa setiap minggu pagi, tetapi sejak pandemi sudah tidak ada lagi misa di tempat ini. Â
Bangunannya tidak terlalu besar tetapi gereja mungil ini cukup cantik dengan hiasan Patung Bunda Maria Segala Bangsa yang memakai kostum kebaya dengan Garuda Pancasila di dada yang merupakan replika dari patung yang ada di Gereja Katedral. Juga ada dokumentasi kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 1989 lalu.
Gereja  Kristen Protestan Haleluya yang ada tidak jauh di sebelah gereja Katolik Santa Katarina juga tidak kalah cantik dan mungil. Â
Yang membedakannya adalah kebaktian di gereja ini masih aktif seperti yang baru saja berlangsung pagi tadi sesuai jadwal.  Menurut Mbak Ira, para jemaah  dapat masuk ke TMII secara gratis dengan menunjukkan kode QR.  Jemaah Advent dan GPIB mendapat giliran kebaktian setiap Sabtu dan minggu pagi.
Gereja ini memiliki menara setinggi 20 meter dengan lonceng dan hiasan ayam jago.  Yang unik dalam  gereja ini adalah lukisan kaca perjamuan kudus lengkap dengan bunga tulip di atas altar menghadap umat.  Di bagian depan gereja di lantai dua juga ada lukisan Yesus sedang menggembala domba.
Masih  ada beberapa tempat ibadah lagi.  Dari sini kami menuju ke Pura Hindu yang pada saat itu sedang ada upacara kesamaan  kami sempat sejenak masuk ke halaman Pura Penataran Agung Kertabhumi ini.
Berada di pura ini, suasana pulau Dewata segera menyeruak. Apalagi dengan latar belakang suara dari ritual ibadah yang sedang berlangsung.  Pintu gerbang utamanya bernama  Candi Bentar, di dalam area pura ada kulkul untuk tempat kentongan dan Bale Gong untuk tempat pertunjukan kesenian.  Karena sedang ada ibadah, kami tidak berlama-lama di pura ini dan segera pindah ke tempat ibadah di sebelahnya yaitu Vihara Buddha.