Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi Click) Gurindam Korona Buat KRL

21 April 2020   21:49 Diperbarui: 21 April 2020   22:04 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

K

Di keheningan fajar , terbangun Ia sebelum ayam jantan berkokok

Menanti azan subuh berkumandang dengan lantunan mendayu elok

Lepas mandi dan sholat berdandan sedikit  seronok

Berteman  kopi secawan duh  nikmatnya  sebatang  rokok

Sejenak pamit  sambil mencium pipi si kecil nan montok

Jalan mengendap membuka pintu pagar yang tergembok

Di bawah lampu jalan yang temaram sudah menanti di pojok 

Berjaket hijau, abang ojol siap mengantar ke stasiun Depok

O

Ojek bergerak perlahan tanpa menghidupkan argo

Kemudian melesat kencang bak menari flamenco

Ketika ditanya  ternyata abangnya masih jomblo 

Kampungnya di Wonosobo, panggil saja  mas Bowo

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
R

Tiba  di stasiun turunlah  Ia pintu timur

Masuk ke peron  ramai sudah orang antri beratur 

Dengan sabar sambil mengucap syukur  menanti sepur 

Saat kereta  tiba pintu terbuka  dan penumpang pun membaur 

Baik kondektur , oditur ,pelacur   maupun direktur 

Sang mentari di ufuk timur mulai menabur cahaya nur 

Menuju Gondangdia beriring-iring dua belas gerbong meluncur

Tiba di Cikini hujan pun deras turun mengguyur 

O

Terbangun tiba tiba dari mimpi di balai pendopo

Wahai sobat kawan dan teman serta konco -konco

Kisah di atas kini seakan nun jauh di balik tabir tempo

Setelah terpenjara di rumah selama lebih 5 pekan yang bikin nelongso

N

Alam khayal lalu dengan gembira mengembara ke atas awan

mencari suka membuang duka bak jejaka merindukan perawan

Disana Ia berjumpa dengan sang korona nan rupawan

Duduk di singgasana dengan angkuhnya, menyebar maut tanpa kasihan

Wahai tuan ratu Korona nan berdaulat bagai begawan

Dengarkanlah rintihan hati kami mendendangkan tembang dan madah penuh ratapan

Agar dapat tuan kembali ke swarga loka membawa anggur secawan

Sebagai penghiburan atas derita yang engkau sebarkan

A

Kini lewatlah sudah masa sengsara yang penuh derita dan air mata

Tuan korona sudah sirna dihempas angin musim yang membawa gembira

Di stasiun Manggarai kita kembali bercanda ria

Pindah kereta antara Bogor, Bekasi, dan Jatinegara

Selamat tinggal tuan ratu Korona nan perkasa

Semoga nyenyak tidurnya dalam naungan yang kuasa 

21 April 2020

dok.CLICK
dok.CLICK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun