"Untuk membuktikan bahwa cintaku tak sekadar keluar dari mulut busukku ini."
Senyum terlukis dari mulutnya yang tipis. Wajah coklatnya berubah menjadi merah.Â
"Mengapa wajahmu berubah menjadi merah?"
"Tidak papa. Aku hanya bingung dengan ungkapan perasaanmu itu."
"Jangan terlalu mengharapkanku. Aku tak mau melubangi hatimu, karena kecewa itu tak akan ada obatnya."
"Kaulah obatnya, aku pun pernah merasa kecewa dan belum ada yang bisa mengobatinya."
"Tapi, kenapa kauyakin kalau aku bisa mengobati lukamu itu?"
"Apakah mencinta butuh alasan lain selain akan menuju dermaga bahagia?"
"Iya, akupun tahu, tapi apakah ada hal lain?"
Aku tersenyum dan berbisik.
"Tidak. Hal lain setelah mencintaimu adalah menyusun rumah tangga kita, kelak, dan tujuannya tetaplah dermaga bahagia."