Awal Juni 2020, new normal mulai diberlakukan. Wanita yang sehari-hari berhijab itu melakukan ikhtiar lain, ia menawarkan makanan olahannya door to door dan tetap menawarkan hasil olahannya kepada para pelanggan.Â
Wanita penyabar itu, menjalani takdirnya dengan senang dan ikhlas. Ia yakin, Allah sudah menjamin rejeki hamba-Nya. Terbukti hingga kini, ia bisa menjalani kehidupannya dan menyekolahkan ketiga putra-putrinya.
***
Matahari bersinar terik, memamerkan kekuasaannya pada bumi. Namun, hal itu tidak menghalangi langkah Ratih menjemput rejeki. Ketiga anaknya adalah energi terbesar yang selalu menyulut semangatnya. Hingga ketika lelah mendera, ia mengabaikannya. Anak-anak bergantung padanya, masa depan mereka masih panjang.
"Dina, tolong ambilkan air dingin ya, Nak. Ibu haus banget," pinta Ratih begitu ia mendudukkan dirinya di kursi tamu yang sudah kusam. Sejak sang suami wafat, belum pernah ada perabotan yang diganti, malah beberapa sudah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia bersyukur sudah memiliki rumah sehingga tidak perlu mengontrak.
Dina datang membawa segelas air dingin. "Ibu mukanya merah banget," ucap putrinya yang sudah bisa menjaga adik ketika ibunya berjualan.
"Iya, Din, ibu nggak kuat rasanya. Cuacanya panas banget."
"Ya udah, ibu mandi aja, abis itu ibu istirahat," saran bocah yang mandiri karena keadaan yang menempanya.
"Mas Hadi mana, Din?" tanya Ratih ketika tidak mendapati sulungnya.
"Tadi keluar, Bu. Katanya mau beli kertas karton buat tugas."
"Nanti kalau pulang, minta Mas Hadi beliin paracetamol buat ibu, ya."