Hampir meledak jantung Andini membaca pesan itu. Bertahun lalu ia memendam rasa suka pada pemuda sedingin kulkas itu. Rasa yang kemudian disimpan karena ia ingin menjaga kesucian hatinya. Ketika itu bersambut, serasa sempurna kebahagiaannya. Namun, Andini kini telah menjelma menjadi gadis dewasa, ia tidak ingin mengambil keputusan atas dorongan cinta monyetnya yang baru berbalas.
Andini menyerahkan urusannya kepada Sang Mahakuasa. Setelah melakukan istikharah, hatinya mantap untuk menerima Arya sebagai pendamping hidupnya. Andini dan keluarganya mempersiapkan hari lamaran dengan sebaik mungkin.
Hari yang mendebarkan itu tiba. Andini memakai gamis dan kerudung terbaiknya. Keluarganya meyajikan hidangan dengan menu teristimewa. Arya didampingi orangtua dan kedua adiknya. Dalam balutan kemeja koko putih, wajah teduhnya tampak berseri. Sepanjang acara, senyum selalu menghiasi wajah calon pengantin.
Acara lamaran berlangsung lancar, tanggal pernikahan pun sudah di tetapkan. Andini dan Arya akan melangsungkan akad nikah dua bulan lagj, tepatnya tanggal 5 Syawal. Acara ditutup dengan makan siang bersama dan ramah tamah.
Dua keluarga berbincang santai dan penuh keakraban. Sesekali orangtua Andini dan orangtua Arya menggoda calon pengantin sehingga menerbitkan semu di pipi putih Andini. Arya yang sering mencuri pandang ke arah Andini, tersenyum dengan binar di netra pekatnya.
Setelah melaksanakan salat Dzuhur berjamaah yang diimami Arya, keluarga Arya pun pamit. Arya harus kembali ke Jogja karena ia hanya mengajukan cuti satu hari. Pekerjaannya sebagai jurnalis, membuatnya sulit untuk berlama-lama libur. Rencananya lebaran nanti ia akan mengajukan cuti tambahan selama seminggu.
Hari-hari berlalu dalam penantian yang membahagiakan bagi calon pengantin. Arya menyerahkan teknis pelaksanaan akad dan resepsinya pada Andini. Dibantu Yudha, adik Andini, ia mempersiapkan sewa gedung, memesan gaun pengantin, mencari catering hingga menyiapkan undangan dan souvenir.
Ramadan tiba, hari yang dinantikan semakin dekat. Debaran di hati Andini menguat, membayangkan dirinya akan bersanding dengan lelaki yang dicintainya.Â
Adakah yang lebih membahagiakan hati seorang gadis selain bersanding dengan kekasih pujaan hati? Mengukuhkan cinta di hadapan Allah dalam ikatan yang sakral adalah dambaan setiap insan yang dimabuk asmara.
Kebahagiaan yang menjelang di hadapan Andini, tiba-tiba seperti dihempas badai, habis tak bersisa. Pagi hari di tanggal 25 Ramadan, sebuah kabar dari Sania membuatnya lemas bagai tak bertulang.Â
Arya, sang pangeran yang dinanti kehadirannya, tak bisa memenuhi janjinya. Allah lebih sayang pada pemuda yang hatinya selalu terpaut pada masjid itu.