Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Senja di Hati Andini

9 Desember 2021   15:18 Diperbarui: 27 April 2022   01:09 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: berhijab.com

"Jadi perempuan itu, harus tutup aurat," ujar sang pemuda tanpa basa basi.

"Menutup aurat itu perintah Allah dan cara perempuan itu sendiri menghargai dirinya," lanjutnya seolah tidak membutuhkan tanggapan Andini.

'Ini orang ngapain sih, ngatur-ngatur hidup saya," gumam Andini. Ia tidak berani memprotes ucapan pemuda cuek itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di gerbang sekolah. Andini melirik jam di pergelangan tangan kirinya, pukul 06.52, masih tersisa delapan menit sebelum bel sekolah berbunyi. Pemuda itu menghentikan laju sepedanya.

"Turun!" perintahnya kemudian tanpa menoleh ke belakang. Begitu Andini menjejakkan kakinya di tanah, pemuda itu melaju meninggalkan Andini, menuju tempat parkir di sebelah kiri area sekolah yang berdekatan dengan masjid sekolah.

Andini bengong melihat si pemuda dengan cuek meninggalkannya di gerbang sekolah, sampai ia lupa mengucapkan terima kasih dan menanyakan nama serta kelasnya.

***

Sumber ilustrasi: berhijab.com
Sumber ilustrasi: berhijab.com

Hari-hari berlalu, rasa penasaran Andini menuntunnya untuk mencari tahu siapa pemuda penolongnya. Ia, Arya Bimantara, anak kelas III IPA2. Arya anak Rohis, aktivitasnya antara masjid dan perpustakaan. Pantas saja Andini jarang melihatnya. Andini lebih senang duduk-duduk di bangku taman bersama teman-temannya atau menonton sang jago basket, Bisma, yang setiap aksinya selalu membuat para gadis berseru mencari perhatiannya.

Entah apa yang menarik, lelaki kurus itu sangat menyita perhatian Andini. Sikap acuhnya, terutama terhadap teman-teman gadisnya, menjadi magnet bagi Andini. Kakak kelasnya itu adalah anak pertama dari keluarga sederhana. Bapak Arya adalah seorang guru SD dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.

Meskipun hidup sederhana, Arya dan kedua adiknya tampak sangat bahagia, mereka memiliki prestasi di sekolah masing-masing. Sania, kelas III SMP, sering mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat. Adik bungsu Arya, Yudha, berbakat dalam bidang seni, lukisannya sering diikutkan dalam lomba-lomba antar sekolah. Arya sendiri, juara 1 lomba matematika tingkat provinsi, hal yang baru Andini sadari saat ini. Hei, kemana saja ia selama ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun