Aku memikirkan bagaimana kalau aku terjebak lagi dijagad raya yang pekat
Aku memikirkan bagaimana kalau aku kembali tersesat dimalam yang kelam
Aku memikirkan bagaimana kalau aku kemudian mati ditusuk waktu oleh segala kondisi
"Jangan khawatir, aku juga sudah pernah salah memilih jalan, sudah pernah mengecap pahit yang menjanjikan"
"Kasihku, aku dan kamu sudah merasakan kekejaman waktu yang fana. Mereka menempa kita untuk benar-benar menjadi manusia, menuntun aku dan kamu menjadi kita"
"Baiklah tuan, aku tidak akan menjanjikan kefanaan. Akan ku buktikan atas nama semesta yang bersinggungan dengan masa depan, untuk menetap, untuk pulang"
Aku menulis namaku di lembar itu
Sambil menitikkan air mata, hawa perapian menghangatkan aku yang semula selalu mesra dengan dingin
Meskipun bahtera mampu melewati samudera, ia akan hancur diterjang badai kemunafikan
Meskipun istana menyimpan banyak harta, ia akan runtuh dihancurkan keserakahan
Nyatanya rumah dibelantara adalah tempat ternyaman dan teraman dari ancaman manapun