Selama pandemi Faiz tidak pernah keluar untuk bermain. Padahal biasanya Faiz sepulang sekolah selalu bermain bersama-sama dengan teman sebayanya sampai sore.
Setelah lulus dari SD, Faiz melanjutkan ke SMP Negeri. Dua bulan pertama pembelajaran di laksanakan secara daring.
Baru di bulan ketiga dilaksanakan dengan tatap muka secara terbatas. Tetapi bila angka Covid meningkat, pembelajaran dilaksanakan secara daring semua.
Faiz sekolah 2 minggu sekali, karena kelasnya di bagi 2 kelompok. Minggu pertama luring dan minggu kedua daring.
Di minggu pertama Bu Dini menanyakan ke Faiz bagaimana saat di sekolah. Faiz menjawab bahwa dia diam saja di kelas dan tidak pernah mengobrol dengan teman-temannya.
Bu Dini menjadi heran, karena anaknya itu biasanya cepat akrab dengan orang yang baru dikenal. Â
Selama di SMP, Faiz sering mengeluh sakit kepala dan sakit perut. Memang Faiz memiliki masalah dengan lambung.
Bila maagnya kambuh, timbul bentol-bentol besar di perut dan tangan Faiz. Setiap Faiz mengeluh sakit, Bu Dini akan membawa anaknya langsung berobat.
Pembelajaran terbatas masih berlanjut di semester dua, jadi Faiz tidak pernah bertemu dengan temannya dari kelompok 2.
Setelah kelas 9 melaksanakan ujian sekolah, pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka penuh. Siswa kelas 7 dan 8 masuk sekolah setiap hari.