Terkejut lelaki itu. Kesunyian dipecahkan oleh tanya seseorang. Ia berbalik perlahan, terheran-heran. Seorang kakek tua entah kapan dan dari mana datangnya sudah ada di hadapannya, masih menunggu jawaban dengan tatapan tajam.Â
   Siapakah kakek tua ini, tanyanya dalam hati, misterius sekali.Â
   "Aku malaikat!" ucap kakek tua seperti sanggup membaca pikirannya.
   Lelaki itu tersenyum kecut. Â
   Di sisa senyumnya ia sekilas memperhatikan.Â
   Sesosok tubuh kakek tua mungkin berumur hampir 90 tahun, rambut gondrong dengan kumis serta janggut panjang semua putih, tubuh membungkuk, tangan bertumpu pada sebatang tongkat kayu, berbungkus pakaian sederhana seadanya, dan sepatu lusuhnya.
   "Nah, kamu meragukan, kan? Apakah bagimu malaikat itu selalu bersayap putih pada tubuh remaja berpakaian serba putih? Bukan kakek tua renta bertopang tongkat begini. Oh, betapa mudah kamu terkecoh oleh penampilan, anak muda!"
   Ia terperangah, seperti bertubi-tubi badannya disengat lebah.Â
   "Aku sedang mencemaskan negeriku yang sekarang berjalan menuju jurang kehancuran. Para pemimpin yang mabuk kekuasaan bersekongkol dengan segerombol orang super kaya, penyebabnya."
   Kakek tua manggut-manggut.
   "Aku tidak yakin kakek malaikat. Tapi kalau benar, tolong sampaikan pertanyaan-pertanyaanku kepada Tuhan."