Induksi eliminatif
Induksi eliminatif , juga disebut induksi variatif, adalah metode induktif yang pertama kali dikemukakan oleh Francis Bacon ; di dalamnya generalisasi dibangun berdasarkan berbagai contoh yang mendukungnya. Tidak seperti induksi enumeratif, induksi eliminatif beralasan berdasarkan berbagai jenis contoh yang mendukung kesimpulan, bukan jumlah contoh yang mendukungnya. Seiring bertambahnya berbagai contoh, semakin banyak kemungkinan kesimpulan berdasarkan contoh-contoh tersebut yang dapat diidentifikasi sebagai tidak sesuai dan dihilangkan. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan kekuatan kesimpulan apa pun yang tetap konsisten dengan berbagai contoh. Dalam konteks ini, keyakinan adalah fungsi dari berapa banyak contoh yang telah diidentifikasi sebagai tidak sesuai dan dihilangkan. Keyakinan ini dinyatakan sebagai probabilitas Baconian i|n (dibaca sebagai "i dari n") di mana n alasan untuk menemukan klaim yang tidak sesuai telah diidentifikasi dan i dari ini telah dihilangkan oleh bukti atau argumen.
II. PERSAMAAN RUMUS MATEMATIKA
A. (x2+1)2 = (99 2+1)2 Â = -+ 99
Dengan Fungsi ekponensial tentukan nilai X =99
B. x4−6x2+9x2+100=0 = tidak diketahui nilainya, dengan persamaan kuadratik
C. 8x+2x=68 = Â x = 2 = 82+22=68
Penggunaan fungsi Eksponensial: Berguna dalam memodelkan pertumbuhan atau penurunan yang cepat, digunkan untuk mengevaluasi kewajaran dalam kasus pertumbuhan pendapatan atau kenaikan aset yang cepat, ini kaitannya dengan TP adalah apakah kenaikan ekponensial yang terjadi dikarenanakan adanya transaksi hubungan istimewa atau tidak, terkiat karena transaksi dikarenakan adanya hubungan istimewa untuk meniali apakah sebuah transaksi hubungan istimewa tersebut memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.
Fungsi Kuadratik digunakan untuk memodelkan biaya atau pendapatan yang memiliki pola tidak linear namun stabil, membantu dalam menilai kelaziman struktur biaya atau keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, untuk menentukan apakah biaya dan keuntungan perusahaan dikarenakan adanya transaksi dengan hubungan istimewa akan menghasilkan laba yang lebih kecil dengan laba industri sejenis yang melakukan transaksinya dengan pihak independen.
Persamaan yang TP dengan X=2 ini berarti bahwa untuk menilai kewajaran dan kelaziman usaha, melalui beberapa tahap pengujian yang telah ditetapkan dalam PMK 172/2023, pasal 3 bahwa Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha diterapkan untuk menentukan Harga Transfer yang wajar, diterapkan dengan membandingkan kondisi dan indikator harga Transaksi yang Dipengaruhi Hubungan Istimewa dengan kondisi dan indikator harga Transaksi Independen yang sama atau sebanding. ) Indikator harga dapat berupa harga transaksi, laba kotor, atau laba operasi bersih berdasarkan nilai absolut atau nilai rasio tertentu.