Tugas tulis baru ada ketika kita memasuki jenjang S2 di Al-azhar yaitu tugas tesis. Setiap mahasiswa yang ingin lulus jenjang magister harus menulis tesis sebagai syarat kelulusannya.
Oleh karena itu penulis berfikir, skripsi itu belum terlalu cocok jika diterapkan kepada mahasiswa Strata 1 yang setelah lulus ingin lansung memasuki dunia kerja. Namun Skripsi itu lebih cocok kepada mahasiswa yang memang memiliki niat dari awal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Strata 2 atau magister.
Alangkah indahnya jika pihak kampus memberikan pilihan kepada mahasiswanya, antara menulis Skripsi atau menghasilkan sebuah karya. Jadi mahasiswa bisa memilih berdasarkan kebutuhan dan passion masing-masing.
Cobalah lihat Bayu Skak yang diloloskan karena karyanya yang terbilang sukses. Coba kalau seandainya pihak kampus bersikukuh tidak akan meloloskan nya tanpa Skripsi, mungkin Bayu Skak akan lebih meminta keluar dari Kampus.
Ataupun jika ia  menerima tugas skripsi dari kampus, maka bisa  jadi karyanya sebagai Youtuber bisa terganggu atau malah musnah sama sekali.
Jadi, apakah kewajiban  skripsi ini cocok untuk seluruh mahasiswa? Tentu tidak.Â
 Lalu setujukah anda jika seandainya pihak kampus memberikan pilihan kepada mahasiswa untuk menulis Skripsi atau berkarya? Saya yakin anda semua banyak yg akan setuju.Â
Lalu bagaimana caranya?Â
Simpel saja, Â pihak kampus menyediakan dua pilihan sebagai syarat kelulusan, Â pertama adalah skripsi dan yang kedua dengan menghasilkan karya baik perorangan maupun kelompok.Â
Dan karya ini mulai digarap pada saat mahasiswa masih berada di semester awal bangku perkuliahan.Â
Misalnya untuk mahasiswa jurusan Jurnalistik, Â minimal syarat kelulusannya ialah mereka mampu mendirikan kantor berita yang didirikan secara berkelompok.Â