Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Partai Politik Islam Selalu Kalah dalam Pemilu?

21 November 2020   19:44 Diperbarui: 22 November 2020   08:20 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, silakan pelajari berapa banyak kasus amoral para politisi dan berapa banyak kasus korupsi yang terjadi oleh kader partai politik, bagaimana kader partai Demokrat secara berjamaah terlibat dalam korupsi ambalang dan lain-lain, tapi partai tetap saja masih establish. Demikian juga partai nasionalis lain, apakah PDIP atau Golkar dan Gerindra tapi ada ruang pemakluman dalam pandangan sosial karena mereka menjalankan azas nasionalis. 

Disinilah menjadi faktor yang menempatkan partai nasionalis menjadi lebih elegan dalam kehidupan yang flural. Sementara partai berazas Islam akan terikat dengan nilai-nilai yang bersih, suci dan karena mempertaruhkan kepercayaan ummat beragama. Maka jika pemahaman politik yang normatif belum dimiliki oleh masyarakat Indonesia tentu ada persepsi bahwa tidak ada pemimpin politik di Indonesia yang mampu menjaga nama baik Islam dengan sikap dan prilakunya sebagaimana nabi Muhammad memimpin.

Atas dasar itu, perjuangan partai politik Islam akan menjadi pertimbangan (berpotensi) dipilih apabila ada partai politik yang bisa menunjukkan konsep-konsep politik bernegara untuk perbaikan dan pelayanan rakyat secara adil, dan diyakini kemampuannya untuk membawa kehidupan rakyat pada tahapan kesejahteraan. Bukan sebatas sistem politik yang akhirnya berujung sebatas mengganti pemimpin yang dianggap kurang mendukung Islam dan menggantikan dengan pemimpin yang lebih mendukung Islam.

Karena kualitas manusia dalam beragama itu hanya Allah yang mengetahuinya, jadi tidak mungkin ada sebuah sistem sehebat apapun dibuat di negara manapun untuk mewakili dan mengganti mata Allah, apalagi dalam pekerjaan politik bernegara yang berbasis fluralis.

Hal ini adalah batasan berpikir yang paling negatif terhadap partai politik Islam yang bisa dibangun opininya oleh partai politik nasionalis dan politisi yang berpikir diluar partai politik Islam. Dengan begitu para pengurus partai politik Islam juga harus segera menyadari bahwa mereka bukan sebagai suatu wadah yang berwenang mengukur orang Islam lainnya dalam beragama.

Apalagi menimbulkan kelompok-kelompok yang mengintimidasi rakyat dalam bernegara dengan hegemony yang membawa nama agama Islam. Hal ini tentu saja akan menempatkan partai Islam diposisi yang lemah dalam positioning politiknya ditengah rakyat pemilih di Indonesia. Karena apa? Karena lawan politiknya mendapatkan celah untuk mengkampanyekan kelemahannya dan pada akhirnya masyarakat akan berpikir mencari alternatif yang lebih elegan dalam kaitan partisipasinya bernegara.

Alternatif itu adalah partai politik nasionalis yang kemudian kita lihat memenangkan hampir setiap pemilu di Indonesia. Demikian tulisan ini untuk menjadi materi diskusi bagi yang berkepentingan dalam politik dimasa depan.

Sekian***

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun