Sebuah Ketidakinginan Bernyawa
Senjaku terpangkas singkat
Terburu isi kepala, mengendap-endap mencuri rupa sang gelap
Samar-samar gusar kini mulai berpesta
Bersulang arak menyemarakkan pulangnya
Tuntaskan penantian hangat rahim Ibu
" Sedikit lagi aku kembali ! "
" Sedikit lagi aku sudahi ! "
Mengerang nikmat dalam pedihnya sayat
Satu sayat, dua sayat
Satu hayat, satu mayat
Dalam kehidupan yang hanya sepintas, aku mengharap lepas
Bagaimana nasib raga nihil?
Beradu dengan penuh, terburu-buru jenuh
Sialnya, kita hidup beradu nyali
Sialnya, kita berharap pada seutas tali
Ku selipkan analog dalam saku mereka yang telah berlalu
Demi rekam lampau, mengenang dengan sopan
Tangkap segala semua indah yang ingin kau simpan
Segala cumbu rindu dan peluk candu
Beserta mawar dan segudang gelak kelakar
Segala semua bekas bahagia yang lekas lenyap
Ku simpan belati untuk mereka yang menanti
Ibu dari sayat-sayat luka lengan kiri
Ayah dari sayat-sayat luka lengan kanan
Kuasa penentu kehidupan, dan bukan TuhanÂ
Ketidakpastian pelenyap akal, memperbudak damai
Tewaskan bibit-bibit harap pada kemudian
Janji ku datang melayat
Menghibur lara, mengubur sadar
[Balkon Circle-K, 05/08/24]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H