Mohon tunggu...
Tania Salim
Tania Salim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Keluar yang Aneh tapi Nyata

2 Juni 2024   09:02 Diperbarui: 3 Juni 2024   09:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Terngiang kembali lagu masa kecilku yang paling kusukai. Setiap kali guru seni suara menyuruh kami untuk bernyanyi di depan kelas, maka tiada lagu lain yang terlintas dalam benakku kecuali lagu tentang desaku ini. Teman-temanku sudah pada tahu lagu apa yang akan kunyanyikan, namun aku tak peduli. Yang penting hatiku senang menyanyikannya walaupun yang lain tak suka, hahaha....

     Pengalaman masa kecilku di desa dengan sungai kecil yang airnya berwarna cokelat seperti the, tetapi jernih, terbayang di mataku.

     Terlahir sebagai putra ketiga dari sepuluh bersaudara, empat laki-laki dan enam perempuan, membuat masa kecilku berwarna-warni, penuh dengan kenangan berharga yang tak bisa kubeli kembali.

     Bermain air di sungai, saling memercikkan air hingga basah kuyup, berenang dengan gaya "batu", yang penting bisa mengapung di sungai, sudah membuat hati kami senang walaupun kondisi keuangan orang tua kami pas-pasan saja.

     Masih melekat dalam ingatanku perbuatan-perbuatan jahil yang pernah kulakukan bersama teman-teman sekampungku. Hanya ada empat deret jalan kecil di desaku, tapi karena belum ada program keluarga berencana pada masa itu, maka teman-teman bermain yang usianya tidak terpaut jauh dariku cukup banyak di kampungku.

     Pada suatu senja, aku dan beberapa teman karibku menyelinap ke satu-satunya wihara yang ada di desa kami. Hari itu adalah hari suci Uposatha Sila sehingga banyak orang yang bersembahyang di wihara dengan mempersembahkan kue dan buah-buahan di altar sembahyang.

     Melihat banyaknya kue dan buah-buahan, apalagi jeruk manis kesukaanku, membuat air liurku menetes dan menimbulkan niat buruk untuk mengambilnya.

     Kuraih sebuah jeruk yang terbesar di dekatku dan memakannya dengan kecepatan tinggi karena takut ketahuan. Dalam sekejap jeruk manis tersebut sudah berpindah ke perutku.

     Teman-temanku yang lain juga berbuat hal yang sama rupanya. Mereka juga mengambil kue atau buah-buahan persembahan dari umat yang bersembahyang tadi pagi.

     Tiba-tiba, "Daaarrr!!!"

     Suara guntur mengejutkan kami yang baru saja melakukan kesalahan, sepertinya alam pun memberikan peringatan kepada kami agar tidak berbuat kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun