"MMMAAAAYYYYAAAATTT" teriaknya terbata-bata.
***
4 orang yang terbaring kaku dan saling menindih antara satu dengan lainnya itu, tubuh mereka dipenuhi ceceran darah. Denis lantas menenangkan dirinya, kemudian memindahkan satu per satu supaya tidak saling menindih.
Darah yang memenuhi ke 4 tubuh tak bernyawa itu masih segar tercium, "sepertinya baru hilang nyawa --terbunuh--sebelum aku temukan mereka." Dengung Denis.
Dia ingin melapor namun takut menjadi saksi l, Â ketika nanti insiden itu bertandang ke telinga polisi. Ia terus berpikir keras untuk memecahkan masalah tersebut.
"Lapor gak ya!" Serunya dalam hati.
Dia duduk dalam semak belukar itu, memandangi keempat mayat tadi dengan tatapan nanar sembari akalnya terus bekerja, begitu ekstra cepat, Ia berpikir lalu dipilahnya satu dua ide dalam kepala bertudungnya untuk memutuskan mau diapakan keempat mayat itu. Namun jalan pikirnya alami kebuntuan. Dia pasrah dan mengalah untuk beritahu hal itu ke Lurah sekitar.
Karena tak ingin menanggung sendiri, Denis lari meninggalkan perkakasnya menuju rumah pak Lurah. Tak lama dia sampai di sana, menggedor pintu rumah Lurah beberapa kali. Dari dalam terdengar suara perempuan  menyahut.
"Siapa, Pagi-pagi begini sudah gedar gedor pintu orang?" Ucap bu lurah kesal akibat gedoran pintu oleh Denis.
"Saya, Denis, Bu Lurah" jawabnya.
Pintu rumah itu dibuka, didepannya, Denis sudah tak sabar kabari berita duka itu ke pak Lurah.Â
"Di mana pak lurah bu?" Tanya Denis saat pintu terbuka dan dipandanginya ibu lurah.