Dyslexia Tidak Berarti Bodoh
Suasana sharing virtual antara Bulan Ayu dan Familinya dengan sekitar 10 pegiat blog seketika berubah. Hal yang tak biasa manakala webinar atau virtual conference sekalipun. Sebagian peserta yang sedari awal menyimak penjelasan tentang kegiatan Bulan Ayu yang konsen akan permasalahan dyslexia mendadak hening.Â
Saya terhenyak, sebab ternyata Bulan Ayu dengan segala performanya yang begitu menawan dan tampak cerdas adalah seorang dyslexic alias anak Dyslexia semasa kecilnya.  Bunda Siti Rabittah seorang guru, peserta webinar  berurai airmata, menyusul saya dan beberapa lainnya mendengar secara langsung kisah Bulan Ayu semasa kecil hingga remajanya di Indonesia.
Era tahun 80-an siapa yang kenal persis dengan istilah Dyslexia?. Tiba-tiba saya seperti terbawa ke mesin waktu saat kecil saya dulu ada beberapa kawan yang dianggap "bebal' dalam menyerap pelajaran sekolah.Â
Mengeja huruf saja susahnya bukan main. Guru di sekolah terlebih orang tua seolah angkat tangan begitu saja. Hal itu berakibat , stigma ko bodoh tertancap begitu saja tanpa ada upaya penanganan khusus dari spesialis dyslexia.
Beruntung Bulan Ayu berjodoh dengan Sang suami yang ternyata seorang pakar Dyslexia yang telah menciptakan "assesment tool" untuk mendeteksi dengan pasti apakah seseorang menderota dyslexia atau tidak. Pernikahan tersebut yang menjadikan proses Bulan Ayu semakin mengubur "mimpi buruk" masa kecilnya yang dihantui pelbagai akibat dysleksia yang dideritanya.