Seingatku Shinta waktu itu sempat merajuk. Buru-buru aku berjanji besok akan datang lagi bermain monopoli.
Dan sore itupun aku menjadi anak kecil yang girang bukan kepalang. Berteman dengan anak gedongan. Merasakan permainan yang jarang dipunyai anak Kampung. Meneguk segelas syrup dingin dan mengunyah biskuit dalam kaleng yang oleh sebagian orang kampung hanya ada saat lebaran.Â
Ringan langkah kaki kecilku saat itu pulang ke rumah menuju kampung yang tak tak seberapa jauh dari rumah-rumah gedong di belakang Kodim.Â
Monopoli...monopoli...monopoli
mulutku komat-kamit menyebut berulang ulang nama permainan itu. Tak berharap lupa selepas meninggalkan rumah Shinta.
Masih beberapa puluh meter sebelum sampai dirumah. Yu Sul, Um Kodir, langsung menunjuk nunjuk ke arahku sambil berkata ala Tegalan
"Heh..digoleti manene kowen", artinya kamu dicari mamamu
Dan benar saja, begitu sampai di kebun samping rumah, emak langsung ngelus dada
" Ya Allah..Sing endi bae kowen Utt..digoleti mana mene ora ketemu", Artinya  Ya Allah kemana saja kamu Ut, dicari kesana kemari tidak ketemu. Meski berasal dari Jawa Timur, namun setelah menikah dengan bapak yang asli Tegal, bahasa Tegal sudah begitu dominan dalam percakapan.
"Dolanan Monopoli nang umahe Shinta"(*)jawabku sedikit takut dimarahi
Monopoli apa? Shinta sapa?! Wajah Ibu penuh selidik