Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Roman

Menua Bersama

2 Februari 2024   17:55 Diperbarui: 2 Februari 2024   17:56 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa sadar sudah banyak orang mengerumuniku dan Jingga.

Karena tidak ada saksi lain saat kejadian, hanya aku dan kekasih Jingga, namun ia melarikan diri setelah kejadian. Saat polisi datang ke TKP aku yang dituduh menyebabkan nyawa Jingga melayang. 

Dalam kondisi yang tak lagi berpikiran fokus, yang ada di otakku hanya Jingga dan Jingga. Aku pasrah saja, bahkan mengiyakan apa saja yang dituduhkan kepadaku. Hingga aku divonis hukuman penjara selama 15 tahun, berdasarkan pasal 338 KUHP. 

***

Hari ini hari yang membahagiakan bagiku. Rencananya aku akan dibebaskan. Lima belas tahun sudah, aku menjalani hukuman atas kesalahan yang tidak kuperbuat.

Semoga Jingga tenang. Toh, kekasihnya telah menerima hukuman setimpal atas perbuatannya. Vina mengabarkan kecelakaan tragis yang menimpanya, mungkin itu balasan dari Tuhan.  

Vina datang menjemputku dengan mobil yang dikendarainya sendiri. Senyum mengembang di bibirnya, mengalahkan mentari yang bersinar pagi ini. Tidak lama Vina sudah berdiri di hadapanku. Aku mencoba berbicara padanya dari hati ke hati. 

"Vina ... tidakkah kamu menyesal, menghabiskan separuh waktumu untukku? Aku hanya lelaki yang tak tahu diri. Kamu terlalu baik untukku," ucapku sambil menatap lekat wajah Vina yang mulai terlihat gurat menua, namun tak mengurangi kecantikannya. 

Lima belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Vina dengan setia menjengukku di penjara. Selalu hadir ketika kubutuhkan. Mendampingiku di setiap sidang. Waktu, tenaga, dan materi telah dikorbankan. Entah dengan apa aku membalas kebaikannya. 

"Aku tak akan pernah menyesal. Justru akan menyesal jika meninggalkanmu dalam keadaan terpuruk. Aku ingin selalu bersamamu, tak peduli usia dan raga ini semakin renta. Plis, jangan pernah mempertanyakan tentang penyesalan."

Tidak terasa mataku mengembun, ada haru membendung di pelupuk yang basah. Sungguh aku tersentuh dengan ketulusan Vina meski ini bukan yang pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun