Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kidung Senja

21 September 2023   14:57 Diperbarui: 21 September 2023   15:03 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa menyambutnya dengan diiringi sebuah kata sesal dan tangis. Air mata membanjiri ruang kebersamaan admin, tempat kami saling bertukar pikiran. Rasa tak rela tergambar dari raut Astuti yang terkenal dengan kelembutannya, namun kadang paling berani mengungkapkan kejujuran hatinya sekalipun pahit. 

"Aku kecewa," jawab As sambil diiringi tangis yang membanjiri pipinya, betapa terpukulnya ia setelah mendengar kata-kata itu. 

"Aku tahu," balas Kak Fitrah. 

"Aku kecewa," ucap As untuk kedua kalinya dengan kalimat dan rasa yang sama. Setelah itu ia pergi meninggalkan kami semua dan belum kembali hingga senja tiba aku duduk sendiri meratapi yang terjadi. 

"Waalaikum salam, Kak Fitrah. Menjalani hidup terkadang memang tidak selalu sesuai yang kita harapkan. Sejatinya Perpisahan adalah sesuatu yang paling kita benci, tapi di balik itu tentu ada hikmah yang tersembunyi. Lakukan apa yang menurut kakak paling baik dan nyaman. Tapi sejujurnya, tidak ada yang mengingankan ini. Kami masih menaruh harap, bahwa ini hanya mimpi," 

"Aku yakin ini sebuah keputusan yang bukan murni dari hati, namun apa yang bisa kami lakukan? Ketika ego itu lebih dominan menguasai. Semoga kakak bahagia. Makasih untuk kebersamaan selama ini, jejak kebaikan yang tertoreh semoga akan menjadi amal jariah yang tak pernah berhenti," sambungku. 

Aku mencoba menahan tangis dan berusaha tegar di depan semua, meski kenyataannya ada air mata yang diam-diam menganak sungai di pipiku. Perlahan kuseka, mereka tak perlu tahu kecamuk rasa yang mendera.

"Gak iso nulis opo-opo kecuali mbrebes mili. Karena kamu Kak Fitrah CF kuat, tanpamu CF apalah," ucap Kak Nisa tak kalah sedihnya. 

"Terima kasih banyak Kak Fitrah semoga sehat selalu dan dalam perlindungan-Nya, maafkan juga kalau dalam kebersamaan kita selama ini banyak hal yang kurang baik juga suka bikin kakak jengkel. Apapun keputusan kakak semoga itu yang terbaik. Sekalipun mungkin aku hanya bisanya jadi tukang nyimak saja," sela Kosas di tengah tangis yang membendung, seakan mencoba menguatkan pijaknya untuk kuat melangkah meski hati sebetulnya tak rela. 

"Bila tanpamu dinda Fitrah, kita mungkin gak bisa bertahan lama. Karena adamu kita tetap kuat untuk meneruskan perjuangan CF. Apalagi aku yang selalu jatuh bangun untuk mempertahankan tetap sehat. Tak kupungkiri karena mungkin juga usia semakin tua. Semoga dinda Fitrah mau berpikir dua kali untuk pergi dari CF," ucap Kak Sari dengan wajah sedu. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun