Karya : Tamariah ZahirahÂ
Genre: Cerpen Komedi
Hari Minggu Zahirah berniat menghabiskan waktu santai, dengan mengajak Fitrah dan MeronaLisa nongkrong di suatu tempat. Kesibukan membuat mereka jarang sekali berkumpul bersama sekadar nongkrong di kafe atau ngobrol tentang banyak hal.Â
Pagi ini Zahirah sudah bersiap-siap menjemput Fitrah dan Lisa dengan motor kesayangannya yang sudah terlihat usang namun masih setia menemaninya. Zahirah memanggilnya dengan sebutan "si Biru".
"Hei, Biru ... hari ini kita keliling-keliling lagi, kamu yang anteng, ya! Awas jangan mogok seperti waktu itu," ucap Zahirah sambil mengelus motor kesayangannya.Â
Baru saja ia menaiki si Biru, tiba-tiba perutnya mendadak mulas. Karena terburu-buru dan terlalu semangat pergi bersama kedua sahabatnya, sampai Zahirah mengabaikan kebiasaan "setoran pagi".Â
"Duhhh ... mulas sekali perutku," rintih Zahirah sambil mengernyitkan dahi menahan sakit. Ia membungkukkan badannya sambil memegang perut.Â
Duttt ... Duttt ... Duttt.Â
"Alhamdulillah, sedikit lebih lega," ucap Zahirah, wajahnya tampak semringah.Â
Beberapa menit kemudian mulas kembali datang, hingga berulang kali. Entah sudah beberapa kali Zahirah meledakkan bom lokal yang menciptakan kebauan yang maha dahsyat. Seandainya si Biru manusia, mungkin dia akan lari sekencang-kencangnya.Â
"Waduhhhh ... sebentar lagi pukul 07.00 WIB. Aku harus sudah sampai di rumah Fitrah. Telat sedikit bisa ngamuk. Kalau Fitrah ngamuk bahaya, bakal mengacak-acak kotoran ayam," keluh Zahirah sambil membayangkan wajah datar Fitrah.
Zahirah langsung menancapkan gas, sekuat tenaga hingga kecepatan di atas normal. Sesekali Zahirah mengangkat p*nt*tnya, membiarkan bom kecil meletup-letup dari dasar paling dalam, demi melegakan perutnya.Â
Sesampainya di depan pagar rumah Fitrah. Zahirah memberhentikan motornya. Fitrah sudah berdiri tegak dengan baju kasual dipadukan jean berwarna biru tua. Setia menanti kedatangannya.Â
"Akhirnya datang juga kamu, Zahirah. Tahu gak? sampai jamuran aku dandan cantik sejak subuh," ucap Fitrah dengan wajah cemberut.Â
"Ayo jemput Lisa! Kita Boti alias bonceng tiga," sergah Fitrah tak membiarkan Zahirah duduk atau izin ke belakang meski beberapa menit untuk numpang setoran. Padahal rasa mulas sudah tak tertahankan lagi. Â
"Ayo berangkaaattt!" sambut Zahirah berusaha menyembunyikan kecamuk yang ada dalam dirinya. Antara sakit perut dan ingin membahagiakan sahabatnya menjadi satu.Â
Di perjalanan Zahirah tak peduli. Beberapa kali ia mengeluarkan kentut. Fitrah dan Lisa tak menyadarinya karena tersamarkan dengan bunyi mesin kendaraan. Hanya mencium bau tak sedap yang tertiup angin singgah di lubang hidung mereka. Sesekali mereka menutup hidung.Â
***
Di sebuah kafe mereka bertiga duduk santai sambil menikmati cemilan dan secangkir kopi beraroma nikmat. Wangi kopi sangat melegakan hidung terlebih Lisa yang sedang flu berat.Â
AchiiimmmÂ
Suara bersin terdengar keluar dari mulut Lisa saat hidungnya mendadak geli karena digelitik aroma kopi. Sedikit melegakan hidungnya yang tersumbat. Hingga tak sengaja percikan bersin menyebar ke mana-mana.Â
"Ish kamu bawa virus, Lisa," kata Fitrah sambil melirik ke arah Lisa dengan mata mendelik.Â
"Ma-af, Fit. Aku lagi flu berat," ujar Lisa dengan wajah terlihat lesu.Â
Zahirah terlihat resah, tak mempedulikan kedua sahabatnya yang mempersoalkan bersin. Duduknya terlihat tidak nyaman. Membuat kedua sahabatnya bingung.Â
"Kamu kenapa sih, Zahirah? ngajak jalan tapi malah kelihatan tidak enjoy! Pulang yuk!" Fitrah merasa tak nyaman melihat tingkah Zahirah.Â
"Bukan begitu ...." Zahirah tak melanjutkan ucapannya.Â
"Bentar aku ke belakang dulu, ya," sambung Zahirah. Fitrah hanya diam dengan raut datar.Â
"Duhh ... bagaimana, ya? Aku lupa bawa dompet. Padahal janji mau traktir mereka hari ini. Â Mana perut mulas. Lengkap sudah penderitaan," keluh batin Zahirah. Ia nampak kebingungan, wajahnya diliputi kegelisahan.
Zahirah bergegas ke kamar kecil, karena rasa mulasnya sudah tak tertahankan lagi. Melihat antrian panjang di depan pintu kamar mandi, membuatnya harus bersabar menahan rasa mulas.Â
Di depannya seorang perempuan berusia 30 tahun berdiri menunggu antrian. Namun gerak-geriknya sangat mencurigakan. Zahirah pura-pura tidak mempedulikannya.
Tiba-tiba tangan perempuan itu meraba-raba resetling ransel seorang ibu separuh baya yang berdiri di depannya. Ibu tersebut tidak menyadarinya. Zahirah berpikir keras bagaimana caranya agar si ibu sadar dan pencuri itu dapat terciduk kelakuannya.Â
Broott ... broott ... broott
Suara kentut Zahirah membuat orang-orang sekeliling kaget. Semua tertuju kepadanya dan pencuri yang ada di depannya persis.Â
"Pencuri!" teriak ibu itu, ia baru menyadari ada pencuri di belakangnya sedang beraksi mengambil barang miliknya.Â
"Ada apa, Bu?" tanya Zahirah pura-pura tidak tahu.Â
"Dia mau mencuri, Dek!" Mata ibu itu melotot sambil menunjuk muka perempuan di depannya.Â
"Waduh ... beraninya di tempat umum." Zahirah langsung memegang tangan pencuri itu.
"Untung saya mendengar suara kentut yang sangat keras. Membuat saya kaget, lalu menoleh ke belakang. Akhirnya saya sadar ada yang berniat jahat," papar ibu tersebut.Â
"Tadi yang kentut kamu, ya?" tanya balik ibu tersebut.Â
"I-iya, Bu. Maaf ya. Perut saya sakit sekali,"Â
"Justru saya berterima kasih. Jika adek tidak kentut sembarang tempat. Mungkin barang-barang berharga saya sudah raib."Â
"Ini, Dek, sedikit pemberian dari saya sebagai ucapan terima kasih. Mohon diterima yah," bujuk ibu itu. Â
"Masyaallah, Bu. Ini serius? Saya gak berharap ini, tapi saya akan terima. Saya yakin ini cara Allah memberi rezeki untuk membayar makan dan minum yang saya pesan bersama kedua sahabat saya, karena saya lupa membawa dompet."
Zahirah begitu terharu dan sekaligus penuh syukur atas karunia Allah. Ternyata tidak selamanya kentut membawa petaka. Allah membuktikan bahwa apa pun yang diciptakan-Nya sekalipun itu menurut manusia buruk, namun membawa manfaat dan berkah.Â
Pencuri itu akhirnya dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, terkait aksinya yang memang sering meresahkan pengunjung kafe. Beberapa kali banyak yang melaporkan kehilangan barang berharga.Â
***
Zahirah menghampiri kedua sahabatnya, Fitrah dan Lisa.Â
"Wah ... Zahirah kamu kelihatannya sedang bahagia. Dari jauh senyum-senyum sendiri," ucap Fitrah meledek dengan wajah penasaran.Â
"Iya, dong. Ayo kalian makan sepuasnya! Kalau perlu bungkus saja apa yang kalian inginkan. Biar aku yang traktir semua."Â
"Horeee ... terima kasih, Zahirah. Kamu baik sekali," teriak Lisa kegirangan.Â
"Berterima kasihlah kepada Allah. Dia yang memberi kita rezeki hari ini," ucap Zahirah penuh rasa syukur sambil menadahkan tangan.Â
"Alhamdulillah," timpal Fitrah dan Lisa serempak.Â
TAMATÂ
Bekasi, 24 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H