Zahirah langsung menancapkan gas, sekuat tenaga hingga kecepatan di atas normal. Sesekali Zahirah mengangkat p*nt*tnya, membiarkan bom kecil meletup-letup dari dasar paling dalam, demi melegakan perutnya.Â
Sesampainya di depan pagar rumah Fitrah. Zahirah memberhentikan motornya. Fitrah sudah berdiri tegak dengan baju kasual dipadukan jean berwarna biru tua. Setia menanti kedatangannya.Â
"Akhirnya datang juga kamu, Zahirah. Tahu gak? sampai jamuran aku dandan cantik sejak subuh," ucap Fitrah dengan wajah cemberut.Â
"Ayo jemput Lisa! Kita Boti alias bonceng tiga," sergah Fitrah tak membiarkan Zahirah duduk atau izin ke belakang meski beberapa menit untuk numpang setoran. Padahal rasa mulas sudah tak tertahankan lagi. Â
"Ayo berangkaaattt!" sambut Zahirah berusaha menyembunyikan kecamuk yang ada dalam dirinya. Antara sakit perut dan ingin membahagiakan sahabatnya menjadi satu.Â
Di perjalanan Zahirah tak peduli. Beberapa kali ia mengeluarkan kentut. Fitrah dan Lisa tak menyadarinya karena tersamarkan dengan bunyi mesin kendaraan. Hanya mencium bau tak sedap yang tertiup angin singgah di lubang hidung mereka. Sesekali mereka menutup hidung.Â
***
Di sebuah kafe mereka bertiga duduk santai sambil menikmati cemilan dan secangkir kopi beraroma nikmat. Wangi kopi sangat melegakan hidung terlebih Lisa yang sedang flu berat.Â
AchiiimmmÂ
Suara bersin terdengar keluar dari mulut Lisa saat hidungnya mendadak geli karena digelitik aroma kopi. Sedikit melegakan hidungnya yang tersumbat. Hingga tak sengaja percikan bersin menyebar ke mana-mana.Â
"Ish kamu bawa virus, Lisa," kata Fitrah sambil melirik ke arah Lisa dengan mata mendelik.Â