Bu Zahra menghampiri Nania, lalu merenggangkan kedua tangan. Memberikan kehangatan pada tubuh mungil Nania. Nania semakin nyaman bersandar di bahu Bu Zahra. Rasanya tak ingin melepas pelukannya.Â
"Sabar ya, Na. Nanti ibu akan sampaikan masalahmu ke pihak sekolah. Semoga ada jalan keluar yang terbaik. Berdoa terus untuk kesembuhan ibumu. Semoga Allah memberikan mukjizat."Â
"Aamiin ... terima kasih, Bu Zahra sudah mau mendengar keluh kesah saya."Â
"Sama-sama, Nania."Â
Bu Zahra menyodorkan sebuah kotak berisi nasi plus lauk-pauk kepada Nania. Ia tahu Nania pasti belum makan.
"Loh, apa ini, Bu?" Nania menolak, menepis dengan telapak tangannya. Â
"Hanya nasi. Ini untuk kamu! Tadi ada guru yang syukuran ulang tahun. Kebetulan Bu Zahra sudah makan. Diterima, ya!" Bu Zahra membujuk Nania, dan meraih tangan mungil gadis itu untuk menerima pemberiannya.Â
"Baik, Bu. Terima kasih sekali lagi. Saya pamit pulang. Assalamualaikum," ucap Nania sambil menyalami tangan Bu Zahra.Â
Bu Zahra mendoakan Nania pelan, di sela mengusap kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Perhatian dan ketulusan Bu Zahra sangat membekas di hati Nania. Sedikit banyak telah membuat Nania tersadar, bahwa ia tidak sendiri.Â
TAMATÂ
Bekasi, 19 September 2022