"Kamu tidur lagi di kelas, Na? Di sini mana ada bu_aya. Jangan-jangan kamu bermimpi," tampik Bu Zahra.Â
"Benar, Bu. Saya tidak bercanda. Tadi ada bu_aya darat yang menginjak kaki saya," ucap Nania sambil cemberut.Â
"Ada-ada saja kamu, Na. Yasudah lanjutkan diskusi kalian." Bu Zahra berbalik badan, untuk mengecek kegiatan diskusi kelompok lain.Â
Elang pura-pura masih sibuk menulis resume hasil diskusi kelompok. Nyatanya semua tugas sudah rampung. Sesekali dia melirik wajah jutek Nania, sambil mengejek dengan ekspresi muka jelek.Â
"Awas kamu, El!" Ancam Nania.Â
***
Pulang sekolah Nania dipanggil Bu Zahra untuk menghadap. Ada sesuatu yang ingin disampaikan Bu Zahra, terkait jarang sekali Nania hadir saat jam pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai guru mata pelajaran, Bu Zahra perlu mengetahui alasannya langsung dari mulut Nania sebelum semua terlambat. Tentunya persentasi kehadiran sangat mempengaruhi kelulusan.Â
"Bu Zahra, memanggil saya?" tanya Nania. Wajahnya terlihat lelah dan suntuk. Dalam kecamuk, sebuah kasur dan bantal empuk membayang di pelupuk. Sesekali mulutnya spontan menguap, efek rasa kantuk yang teramat.Â
"Duduk, Na!" perintah Bu Zahra.
Nania duduk di depan Bu Zahra yang terlihat begitu tenang. Pandangan mata Bu Zahra begitu teduh. Menyiratkan kedamaian setiap kali Nania menatap balik dan enggan rasanya berpaling. Namun Nania sadar, siapa Nania. Hanya seorang murid yang banyak kekurangan, sering menciptakan keresahan di hati para guru.Â
"Bu Zahra boleh tanya, Na?"