Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lampu Menjelang Pernikahan

29 Juli 2018   18:38 Diperbarui: 29 Juli 2018   19:59 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat itu aku baru lulus kuliah dan sedang sibuk-sibuknya mencari kerja. Aku suka membaca sastra meski kuliahku di jurusan hukum. Sementara Tuti sendiri kala itu adalah mahasiswa sastra Indonesia semester akhir. Dunia literasi lah yang memang mengakrabkan kami. Dan ada banyak persamaan-persamaan lainnya yang membuat kami kian dekat. Contohnya saja warna favorit Tuti merah. Aku juga. Tuti suka pantai. Aku juga. Tuti penggemar kopi. Aku juga. Persamaan-persamaan itulah yang menyatukan kami, hingga setahun kemudian kami akhirnya berpacaran.

"Kau benar-benar tidak bisa tidur jika lampu menyala?" tanyaku lagi, yang masih kurang percaya dengan kenyataan, bahwa aku mempunyai calon istri yang sama sekali tak bisa tidur jika lampu menyala.

Tuti mendongak. Matanya sinis menatapku. Lalu mendelik.

"Kau berkali-kali bertanya seperti itu seakan-akan kebiasaanku adalah sebuah kebiasaan yang aneh. Bukankah memang saat orang tidur normalnya lampu dimatikan?" katanya.

Aku terkesiap. Tak tahu mau bilang apa. Aku mengerti, Tuti bermaksud membandingkan kebiasaannya dengan kebiasaanku yang menurutnya jelas lebih aneh kebiasaanku yang tak bisa tidur jika lampu dimatikan. Secara tersirat kebiasaanku lah yang dianggapnya tak normal. Kendati kata-kata itu dia sampaikan dengan suara yang pelan dan lembut, tetapi rasanya seperti ada sembilu yang menggores hatiku hingga menimbulkan rasa ngilu di ulunya.

"Apa kau tidak bisa memakai penutup mata saat tidur? Agar nanti ketika kita sudah menikah dan tidur sekamar, lampu bisa tetap menyala dan aku tetap bisa tidur.

"Jadi seumur hidup aku akan tidur dengan penutup mata?"

Aku membisu. Kulihat Tuti sangat keberatan jika memang demikian.

"Kenapa kau tidak pernah cerita soal kebiasaanmu itu padaku?"

"Karena tak pernah terpikir olehku jika hal ini bisa menimbulkan perdebatan yang begini serius."

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun