Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Sakit Lidah

2 Januari 2017   11:53 Diperbarui: 3 Januari 2017   08:39 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eyang Jumiwon menyelak sebelum Tuti selesai bicara. “Dekatkan kepala sampean!” katanya pada Tito. Dengan sedikit merunduk dan kikuk, Tito mencorongkan kepalanya. Eyang Jumiwon lantas menyemburkan sirih yang sudah lumat di dalam mulut, ke telapak tangan kanannya, lalu menjamah ubun-ubun Tito dengan tangan itu. Tuti memperhatikan Eyang Jumiwon yang kemudian memejam dengan amat kusyuk dan merapal sebuah mantra yang terdengar sangat asing dan kuno.

Lima menit berselang, Eyang Jumiwon menyelesaikan ritualnya itu. Dia menghela napas panjang dan melap telapak tangan kanannya dengan daun sirih yang diambilnya dari kendi.

“Sampean mesti sering bawa suami sampean ini ke panti-panti sosial. Sekadar melihat-lihat suasana di sana,” tuturnya.

“Buat apa, Eyang?”

“Sampean mau suami sampean sembuh tidak?”

“Mau, Eyang,”

“Sampean mau sembuh?”

Tito mengangguk cepat.

“Ya, sudah. Kalau begitu lakukan saja apa yang saya katakan secara rutin. Kalau dalam sebulan tidak membaik, datang lagi ke sini. Kalau membaik ya tidak perlu, tinggal lakukan saja terus-menerus sampai akhirnya sembuh. Gampang, kan?”

Tito dan Tuti hanya mengangguk. Pasrah.

**
Seperti yang diamanatkan Eyang Jumiwon, tiba di Jakarta, Tito dan Tuti segera mencari informasi mengenai alamat panti-panti sosial yang berlokasi dekat dengan rumah mereka dari internet dan tetangga. Setelah itu, mereka membuat catatan daftar kunjungan ke panti-panti sosial tersebut. Disela-sela kesibukan itu, Tito masih sesekali mengutarakan kejanggalan di hatinya mengenai cara pengobatan Eyang Jumiwon yang dirasanya tidak berpotensi sama sekali untuk penyembuhan lidahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun