Mohon tunggu...
Tajudin Buano
Tajudin Buano Mohon Tunggu... -

Pojok Kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negeri Ema yang Ditinggalkan Pemerintah

24 Mei 2015   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sore itu, mereka membuat pertemuan untuk kegiatan malam rangka mempersiapkan solidaritas yang direncanakan 29 Mei mendatang di Desa Ema.

Berawal dari perbincangan itu, gagasan Ema Bergerak langsung disosialisasi kepada komunitas masing-masing. Pada 19 April lima komunitas itu ditambah DPD Pemuda Katolik Provinsi Maluku, mereka mengunjungi Ema dan diterima langsung oleh Saniri dan (Pemerintah) Negri Ema.

Konsep Ema Bergerak dirumuskan dengan detail dalam rapat perdana itu. Tujuan mereka sederhana, Ema harus di samaratakan dengan desa-desa lainnya di Maluku. Terutama soal akses jalan, pendidikan dan kesehatan.

Pasalnya banyak keluhan yang disampaikan masyarakat. Terutama soal janji-janji dari pemerintah kota Ambon dan anggota legislatif yang disampaikan dalam setiap perhelatan politik, namun belum terealisasi.

"Lebih baik bendera Merah Putih kita lipat saja dan kembalikan kepada negara,”ujar Notanubun (32), meniru ucapan Gustav Tanihatu Ketua Persatuan Pemuda Pelajar Ihuresi Ambon yang hadir dalam pertemuan kala itu.

Bahkan yang lebih ekstrim, masyarakat juga mau melakukan penebangan pohon yang ada di gunung Ema dan sekitarnya. Dan jika ini dilakukan, dampaknya adalah kurangnya ketersediaan air bersih bagi warga kota Ambon yang sebagian bersumber dari Ema.

Tim Ema bergerak juga mensosialisasikan gerakan tersebut di Facebook dan Fun Page dan lainnya. Setelah itu, tim yang bergarak secara sukarela ini, membuka jaringan untuk mendapatkan dukungan orang Maluku yang berada di Jakarta, Belanda dan beberapa daerah lainnya. Tujuan konsolidasi dan sosialisasi itu untuk mendapatkan dukungan kegiatan malam solidaritas.

Anggota BSM David Yonry Leimena (29) mengatakan, ia berpartisipasi dalam gerekan ini lewat kreatifitas seni yang dimilikinya, selain kegiatan advokasi. Saat ini, David beserta beberapa temannya mengkonsepkan pemantasan seni yang akan mewarnai kegiatan Malam Solidaritas nanti.

"Jadi kami memilih menyampaikan aspirasi melalui kreativitas dan tanpa kekerasan untuk membangun Maluku. Terutama yang saat ini sedang kita lakukan untuk desa Ema. Jadi yang bisa kita kasih adalah puisi yang mungkin bisa menyentuh hati pemerintah untuk membuka mata melihat kondisi Ema saat ini,”kata David yang juga pengajar di Primagama itu.

David yang mengaku pernah berpartisipasi dalam gerakan advokasi, seperti Save Aru dan save Togutil di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini mengatakan sejumlah komunitas dan organisasi akan mengisi acaara malam solidaritas. Diantaranya, Penyala Ambon, Pemuda dan pemudi Negeri Ema, Bengkel Sastra Maluku, Baguala Music Project, The Choir (Hip-Hop), Teater Hikayat Tanah Hitu, IPPSA (Ikatan Pemuda Pelajar Samasuru Amalatu).

Kemudian Semestas, Kanvas Alifuru,Ambon Bergerak, P3MH (Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa Haria) IPPMAP (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pelauw) dan beberapa komunitas serta paguyuban lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun