Â
Â
Â
Pengembangan Progam Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara di Program Kejar Paket C PKBM Siak Permai
 tabita.jultia5879@student.unri.ac.id 1 , m.amin5018@student.unri.ac.id2 muhammadjais@lecturer.unti.ac.id 3
1,2 , 3Universitas Riau
082289153059
Â
AbstrakÂ
Community education, which functions as an alternative to formal education, provides opportunities for individuals who are unable to complete formal education to gain new skills and improve their quality of life. One of the challenges in this education is developing English language skills, particularly speaking skills, which are often underemphasized in non-formal education institutions such as Community Learning Centers (PKBM). This article aims to develop and evaluate an English language learning program designed to improve the speaking skills of learners in the Kejar Paket C program at PKBM Siak Permai. This research uses qualitative methods through interviews, observations, and documentation. The results of the, study show a significant increase in learners' speaking skills after participating in the program. These findings highlight the importance of a more communicative approach to English language teaching in community education.
Kata kunci : Pendidikan masyarakat, Kejar Paket C, keterampilan berbicara, bahasa Inggris.
Â
AbstractÂ
Pendidikan masyarakat, yang berfungsi sebagai alternatif pendidikan formal, memberikan peluang kepada individu yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan formal untuk mendapatkan keterampilan baru dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu tantangan dalam pendidikan ini adalah mengembangkan keterampilan bahasa Inggris, khususnya keterampilan berbicara, yang sering kali kurang ditekankan di lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Artikel ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi program pembelajaran bahasa Inggris yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik di program Kejar Paket C, PKBM Siak Permai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan berbicara peserta didik setelah mengikuti program. Temuan ini menunjukkan pentingnya pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang lebih komunikatif di pendidikan masyarakat.Â
Keyword : Community education, Kejar Paket C, speaking skills, English
Â
PENDAHULUAN Â
Dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam Bab XIII Pasal 31 dan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan terlihat jelas arti peran penting pendidikan nasional bagi seluruh warga Negara Indonesia di manapun berada wajib mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya. Sementara itu, terdapat sebagian warga Negara Indonesia mengalami hambatan dalam memperoleh pendidikan formal sampai ke jenjang pendidikan menengah. Hambatan yang menyebabkan warga Negara mengikuti pendidikan melalui jalur pendidikan formal antara lain meliputi masalah sosial, ekonomi, geografis, atau kultural lainnya yang menyebabkan bisa mengikuti program penyetaraan melalui penyelenggaraan program Kejar Paket B. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mendirikan salah satu tempat untuk melaksanakan pendidikan non-formal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) guna penyelenggaraan program Kejar Paket C bagi masyarakat sekitar. Program kesetaraan Paket C setara Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi pilihan bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dan kelayakan terhadap ijazah SMA. Diharapkan dengan adanya Program Pendidikan kesetaraan ini, dapat menjamin mutu layanan pendidikan non formal khususnya bagi masyarakat yang putus sekolah.
Program Pemerintah, Kejar Paket C sebagai peluang bagi generasi muda yang putus sekolah formal diharapkan dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan, program ini diselenggarakan guna menjamin mutu layanan pendidikan non formal khususnya bagi masyarakat yang putus sekolah. Program Pendidikan Kejar Paket C menjamin adanya kesamaan mutu untuk menampung masyarakat yang tak terlayani melalui jalur pendidikan formal. Faktor yang mempengaruhinya dapat dikarenakan berbagai sebab, mulai dari alasan ekonomi hingga karena tidak dapat lulus ujian nasional. Selain itu, ijazah yang diterima dari pendidikan kesetaraan juga memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja maupun untuk mengikuti pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya, dengan kondisi pengalaman pendidikan yang berbeda, daya serap setiap peserta didik terhadap materi pun bervariasi. Proses belajar mengajar harus diselaraskan dengan kebutuhan dan keadaan riil peserta pelatihan.
Mengerti dan memahami suatu bahasa telah dilakukan umat manusia sejak mereka lahir ke dunia, mempelajari bahasa dimulai dari mengetahui dan memahami bahasa ibu yang merupakan suatu hal yang sewajarnya terjadi atau bersifat alamiah. Tetapi berbeda dengan proses mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing. (Littlewood et al, 1981) menyebutkan perbedaan kedua istilah ini yaitu "a second language has social functions within the community where it is learnt (e.g. as a lingua franca as the language of another social group), whereas a foreign language is learnt primarily for contact outside one's own community". Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa asing atau bahasa kedua berfungsi sebagai sosial dalam masyarakat dimana bahasa itu dipelajari, sedangkan bahasa asing dipelajari terutama untuk hubungan di luar komunitas sendiri.
Menurut Lauder (2008), bahasa asing (foreign language) adalah sebagai berikut "a language which is not the native language of large number of people in a society or region, is not used as a medium of instruction in school and is not widely spread as a medium of communication in government, media, etc. foreign languages are typically taught as school subjects for the purpose of communicating with foreigners or for reading printed materials in the language". Definisi tersebut berarti bahwa bahasa kedua merupakan bahasa asing selain bahasa ibu, hal ini dapat pula disebut sebagai suatu bahasa yang bukan bahasa dasar atau bahasa ibu dari sebagian besar orang yang berdomisili dalam suatu daerah atau negara tertentu, yang tidak diterapkan sebagai suatu sarana untuk berinteraksi dalam pemerintahan, media, dan kehidupan sosial dan sebagainya. Dalam era Revolusi Industri 4.0, keterampilan berbahasa Inggris memiliki peran yang sangat vital. Penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional menjadi suatu keharusan bagi masyarakat modern. Aliran informasi, teknologi, dan komunikasi antarnegara menuntut kemampuan bahasa Inggris yang memadai. Perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah perusahaan asing di Indonesia juga memperkuat kebutuhan akan penguasaan bahasa Inggris yang aktif. Perusahaan-perusahaan asing biasanya mensyaratkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai syarat utama bagi calon pekerja. Selain itu, kemampuan berbahasa Inggris aktif memberikan nilai tambah bagi para pencari kerja, karena hampir semua perusahaan di Indonesia mengharapkan karyawan mereka mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan klien. Di tengah persaingan global yang semakin ketat, keterampilan berbahasa Inggris menjadi elemen penting yang harus dimiliki, selain pendidikan formal.
Program ini dirancang untuk membantu peserta Kejar Paket C di PKBM Siak Permai, agar memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang baik dan komunikatif. Dengan kemampuan tersebut, diharapkan peserta dapat memiliki peluang yang lebih besar dalam mencari pekerjaan.
METODEÂ
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan keterampilan bahasa Inggris yang komunikatif kepada peserta Kejar Paket C. Kegiatan ini dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Siak Permai. Metode yang digunakan mencakup data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menggambarkan kualitas peserta pelatihan, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berbahasa Inggris peserta.Pelaksanaan program menggunakan model Kemmis and Mc Taggart, yang terdiri dari tiga tahapan utama: 1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan (Acting), dan 3) Refleksi (Reflection).Â
Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, diskusi, dan dokumentasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran untuk menilai keaktifan peserta, kemampuan penguasaan kosakata, serta kemampuan berinteraksi menggunakan bahasa Inggris. Wawancara dan diskusi dilakukan setelah pembelajaran untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi. Dokumentasi berupa foto kegiatan dan lembar jawaban juga dikumpulkan.
Penilaian keterampilan peserta dilakukan dengan lembar observasi yang mengukur peningkatan kemampuan bahasa Inggris mereka. Analisis data digunakan untuk menentukan keberhasilan program, di mana penilaian dilakukan pada setiap siklus hingga tercapai peningkatan yang diharapkan. Proses penilaian dianggap berhasil jika peserta telah mencapai persentase keberhasilan yang telah ditetapkan untuk setiap siklus.
Sebelum pelaksanaan program, dilakukan kegiatan pra-program untuk mengukur kemampuan awal peserta. Persiapan pembelajaran dilakukan dengan menyusun modul dan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi peserta berdasarkan hasil observasi awal. Selain itu, instrumen penilaian yang disusun meliputi indikator penguasaan kosakata bahasa Inggris. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode ceramah, praktek, presentasi mandiri, dan diskusi. Ceramah digunakan untuk menyampaikan materi teoretis, sedangkan praktek langsung, presentasi, dan diskusi diadakan untuk memperkuat keterampilan berbahasa Inggris secara komunikatif.
Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan hasil observasi dan hasil tindakan yang telah dilakukan. Proses analisis data berlangsung secara berkelanjutan, dengan tujuan untuk refleksi dan perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Analisis data terhadap peserta pelatihan dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari penghitungan skor, tabulasi nilai, hingga perhitungan persentase keberhasilan peserta dalam menguasai keterampilan berbahasa Inggris
Â
HASIL DAN PEMBAHASANÂ
Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik mengalami peningkatan signifikan dalam keterampilan berbicara setelah mengikuti program pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan. Pada awalnya, sebagian besar peserta merasa kurang percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Inggris, terutama karena keterbatasan kosakata dan kurangnya latihan berbicara. Namun, setelah mengikuti program selama tiga bulan, peserta didik mulai menunjukkan peningkatan dalam beberapa aspek, seperti penggunaan kosakata yang lebih variatif, pengucapan yang lebih baik, dan kemampuan untuk menyusun kalimat sederhana dalam bahasa Inggris. Menyediakan Alternatif Pendidikan: Menawarkan program pendidikan non-formal seperti kursus keterampilan, pelatihan vokasional, atau program pembelajaran berbasis komunitas yang dapat membantu anak-anak memperoleh keterampilan yang bermanfaat.
Salah satu komponen utama dari program ini adalah penggunaan metode pembelajaran berbasis aktivitas, di mana peserta didik dilibatkan dalam situasi percakapan yang mirip dengan kehidupan sehari-hari. Melalui aktivitas seperti roleplaying, simulasi percakapan, dan diskusi kelompok, peserta didik belajar menggunakan bahasa Inggris dalam konteks yang nyata. Pengajar juga memberikan umpan balik secara langsung selama sesi pembelajaran, yang membantu peserta untuk memperbaiki kesalahan mereka dan meningkatkan kemampuan berbicara secara bertahap
Selain itu, program ini juga dilengkapi dengan materi pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan berbicara secara bertahap. Materi tersebut mencakup topik-topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti memperkenalkan diri, berbicara tentang hobi, dan berbicara tentang rencana masa depan. Setiap sesi pembelajaran difokuskan pada satu topik tertentu, yang diikuti dengan latihan berbicara dan diskusi kelompok.
Hasil wawancara dengan peserta didik menunjukkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Inggris setelah mengikuti program ini. Mereka juga merasa bahwa metode pembelajaran yang digunakan membantu mereka untuk lebih memahami cara berkomunikasi dalam bahasa Inggris, dibandingkan dengan metode yang lebih tradisional. Observasi selama proses pembelajaran juga menunjukkan peningkatan partisipasi dan keterlibatan peserta didik dalam aktivitas berbicara.
KESIMPULANÂ
Program pengembangan keterampilan berbicara bahasa Inggris di PKBM Siak Permai menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik. Metode pembelajaran berbasis aktivitas dan penggunaan materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari terbukti efektif dalam membantu peserta didik menguasai keterampilan berbicara. Program ini juga meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, yang merupakan faktor penting dalam pembelajaran bahasa. Disarankan agar program ini diterapkan di PKBM lain dengan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan masing-masing lembaga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Program pengembangan keterampilan berbicara bahasa Inggris di PKBM Siak Permai menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik. Metode pembelajaran berbasis aktivitas dan penggunaan materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari terbukti efektif dalam membantu peserta didik menguasai keterampilan berbicara. Program ini juga meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, yang merupakan faktor penting dalam pembelajaran bahasa. Disarankan agar program ini diterapkan di PKBM lain dengan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan masing-masing lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
. https://doi.org/10.24036/jpls.v9i1
Ariyani, E. (2022). Pelatihan Bahasa Inggris Aktif Bagi Peserta Kejar Paket B Di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Rinjani Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Radisi, 2(1), 11-18.
Nurhayati, N. (2018). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris pada Peserta Didik Program Kejar Paket C. Jurnal Pendidikan Nonformal, 5(2), 35-47.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Supriyadi, E. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Kebutuhan pada PKBM. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 9(1), 60-70.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H